Minggu, 27 Januari 2013
Sabtu, 26 Januari 2013
dr. Suparyanto, M.Kes: UJI STATISTIK NON PARAMETRIS
dr. Suparyanto, M.Kes: UJI STATISTIK NON PARAMETRIS: Dr. Suparyanto, M.Kes UJI STATISTIK NON PARAMETRIS PARAMETER Parameter adalah ukuran2 dalam populasi (μ (mu) = rata2, σ (sigma) = simpang...
dr. Suparyanto, M.Kes: UJI STATISTIK
dr. Suparyanto, M.Kes: UJI STATISTIK: Dr. Suparyanto, M.Kes UJI STATISTIK MACAM STATISTIK Jika datanya interval rasio, distribusi data normal dan jumlah data besar (>30) dig...
dr. Suparyanto, M.Kes: UJI HIPOTESIS DESKRIPTIF
dr. Suparyanto, M.Kes: UJI HIPOTESIS DESKRIPTIF: Dr. Suparyanto, M.Kes UJI HIPOTESIS DESKRIPTIF STATISTIK Statistik adalah data, alat analisis, alat untuk membuat keputusan Macam stat...
dr. Suparyanto, M.Kes: DATA DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPLE
dr. Suparyanto, M.Kes: DATA DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPLE: Dr. Suparyanto, M.Kes DATA DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPLE KOMPETENSI Pengertian data Macam data Pengertia populasi Pengertian sample Pe...
dr. Suparyanto, M.Kes: RANCANGAN PENELITIAN (DESIGN RESEARCH)
dr. Suparyanto, M.Kes: RANCANGAN PENELITIAN (DESIGN RESEARCH): Dr. Suparyanto, M.Kes RANCANGAN PENELITIAN (DESIGN RESEARCH) METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian 4.2 Kerangka Kerja 4.3 Identifik...
dr. Suparyanto, M.Kes: DESAIN PENELITIAN PRA EKSPERIMEN
dr. Suparyanto, M.Kes: DESAIN PENELITIAN PRA EKSPERIMEN: Dr. Suparyanto, M.Kes DESAIN PENELITIAN PRA EKSPERIMEN 1. DESAIN PENELITIAN Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk me...
dr. Suparyanto, M.Kes: PENGANTAR ANATOMI (INTRODUCTION HUMAN ANATOMY)
dr. Suparyanto, M.Kes: PENGANTAR ANATOMI (INTRODUCTION HUMAN ANATOMY): Dr. Suparyanto, M.Kes APA ITU ANATOMI Anatomi adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur tubuh dan hubungan bagian bagianya deng...
Selasa, 22 Januari 2013
Shimoyake atau chilblain
Shimoyake atau chilblain
Jari kaki dan tangan memerah, gatal dan sedikit membengkak.
Saat itu kebetulan sedang hamil, saya konsultasikan dgn dokter
kandungan. Jawabannya ternyata saya terkena "Shimoyake" istilah Jepangnya.
Shimo =beku, yake/yaku=terbakar, ini mungkin merujuk pada kondisi seperti 'terbakar' karena daerah yang terkena menjadi merah,
terasa seperti 'terbakar' dan agak sakit yang disebabkan karena kedinginan.
Istilah shimoyake sama dgn chilblain dalam bahasa Inggris.
Chilblain (perniosis) adalah suatu reaksi abnormal ketika pembuluh darah kecil dalam kulit terekspose suhu dingin.
Pembuluh darah kecil menjadi menyempit karena ketidakmampuan merespon perubahan suhu yang tiba-tiba secara ekstrim.
Chilblain bisa terjadi di kaki, tangan dan wajah (terutama hidung dan telinga).
Gejalanya kemerahan, gatal dan bisa juga terjadi sedikit pembengkakan.
Reaksi awal ketika terpapar dingin adalah gatal dan rasa 'terbakar' tapi menjadi lebih intensif lagi ketika
memasuki ruangan yang hangat sehingga daerah yang terkena menjadi bengkak dan kemerahan.
Dalam beberapa kasus ditemui chilblain dapat berkembang menjadi suatu ulcer dan menyebabkan infeksi karena kulit yang terbuka.
Chilblain terbanyak terjadi pada wanita karena dihubungkan dgn kondisi hormonal.
Penyebabnya belum jelas tapi dihubungkan dgn kondisi sirkulasi darah yang kurang baik, riwayat keluarga, kondisi hormonal, nutrisi dsb.
Cuaca dingin memperberat kondisi chilblain, apalagi di beberapa orang ada yang begitu sensitif dimana pembuluh darah sekitar tidak bisa merespon perubahan suhu yang tiba-tiba berubah.
Untuk pencegahan selalu hangatkan tubuh kita terutama daerah kaki dan tangan dgn kaus kaki /sarung tangan yang tebal (wool) dan menggunakan sepatu yang cukup utk menahan udara dingin spt sepatu boot.
Sehabis terkena paparan dingin dan masuk ruangan jangan mengekspose daerah kaki dan tangan di depan heater langsung karena hal ini memperberat kondisi chilblain.
Kalau mau menghangatkan berikan jarak yang cukup agar tidak terkena paparan langsung pemanas.
Penting juga menjaga kecukupan nutrisi kita (diet seimbang) dan olahraga.
Pengobatannya tergantung derajat keparahan.Ada yang hanya dianjurkan oleh dokter untuk membuat hangat tangan dan kaki saja.
Tapi dalam kondisi yang lain bisa juga diberikan obat-obatan antigatal, kortikostreroid, calamin lotion dll.
Menghadapi orang marah
Menghadapi orang marah
Bagaimana kita harus menghadapi ?
Menghadapi orang marah….??? Wah ……bisa tidak ya?
Bahkan marah sampai hilang kendali….?? Bisa ya …..bisa tidak…..
Awas, jangan terpancing untuk membalas kemarahan seperti yang kau dengar.
Hati-hati karena engkau akan menjadi seperti orang yang di hadapanmu. Bahkan kau akan menjadi lebih pemarah dari orang yang ada dihadapanmu.
Rupanya, mendengar dan memperhatikan sangat penting dalam menghadapi kemarahan orang lain.
Apakah artinya “mendengar” itu?? Artinya, membuka telinga dan hati untuk apa yang orang lain inginkan dalam dirimu.
Termasuk di dalamnya:
1. Menemukan apa yang sebenarnya orang lain lihat sebagai kesalahan kita.
2. Menemukan apa sebenarnya persoalan yang jadi titik masalah.
Lalu apa artinya “memperhatikan” itu??
1. Merespon tentang apa yang di katakan itu benar atau tidak.
2. Pakai hal-hal untuk mengintropeksi diri kita sendiri.
3. Tindakan apa yang harus segera di ambil.
Respon yang seperti ini bisa jadi “rem” untuk mencegah vonis yang keluar dari emosi yang meluap-luap.
Kiranya dengan melihat kesabaran kita, orang lain akan berpikir ulang untuk meneruskan amarahnya yang meledak-ledak.
Sebaliknya, akan terbuka pintu maaf. Selain itu banyak-banyak beristighfar dan berserah diri kepada Allah…
Allah berfirman dlam Al-qur’an : “karena Rahmat Allah lah kamu bersikap lemah lembut, seandainya kamu bersikap kasar/keras lagi, tentu tidak akan menyelesaikan masalah”
Diposkan oleh
Karningsih
di
2:51:00 PM
Menghadapi orang marah….??? Wah ……bisa tidak ya?
Bahkan marah sampai hilang kendali….?? Bisa ya …..bisa tidak…..
Awas, jangan terpancing untuk membalas kemarahan seperti yang kau dengar.
Hati-hati karena engkau akan menjadi seperti orang yang di hadapanmu. Bahkan kau akan menjadi lebih pemarah dari orang yang ada dihadapanmu.
Rupanya, mendengar dan memperhatikan sangat penting dalam menghadapi kemarahan orang lain.
Apakah artinya “mendengar” itu?? Artinya, membuka telinga dan hati untuk apa yang orang lain inginkan dalam dirimu.
Termasuk di dalamnya:
1. Menemukan apa yang sebenarnya orang lain lihat sebagai kesalahan kita.
2. Menemukan apa sebenarnya persoalan yang jadi titik masalah.
Lalu apa artinya “memperhatikan” itu??
1. Merespon tentang apa yang di katakan itu benar atau tidak.
2. Pakai hal-hal untuk mengintropeksi diri kita sendiri.
3. Tindakan apa yang harus segera di ambil.
Respon yang seperti ini bisa jadi “rem” untuk mencegah vonis yang keluar dari emosi yang meluap-luap.
Kiranya dengan melihat kesabaran kita, orang lain akan berpikir ulang untuk meneruskan amarahnya yang meledak-ledak.
Sebaliknya, akan terbuka pintu maaf. Selain itu banyak-banyak beristighfar dan berserah diri kepada Allah…
Allah berfirman dlam Al-qur’an : “karena Rahmat Allah lah kamu bersikap lemah lembut, seandainya kamu bersikap kasar/keras lagi, tentu tidak akan menyelesaikan masalah”
Senin, 21 Januari 2013
dzaffin: Cara Membaca Hasil Tes Darah Anda
dzaffin: Cara Membaca Hasil Tes Darah Anda: Meski bukan dokter kita perlu juga tahu / bisa memahami hasil test darah. Hanya dengan beberapa milliliter darah aja kita dapat mengetahui k...
BMC: Membaca Hasil Tes Darah lengkap
BMC: Membaca Hasil Tes Darah lengkap: Pemeriksaan darah lengkap biasanya terdiri dari : Leukosit Eritrosit Hemoglobin Hematokrit Trombosit Hitung jenis leukosit (basofil,...
askep askeb tips kesehatan kecantikan: DOWNLOAD KTI KEBIDANAN LENGKAP dokumen word-doc
askep askeb tips kesehatan kecantikan: DOWNLOAD KTI KEBIDANAN LENGKAP dokumen word-doc: sebelum anda download silahkan kunjungi halaman ini KLIK DISINI DOWNLOAD KTI KEBIDANAN LENGKAP (dokumen word-doc) : Berikut adalah Kum...
Rabu, 16 Januari 2013
blogger masruroh: APAKAH DAN BAGAIMANAKAH SWOT ITU??
blogger masruroh: APAKAH DAN BAGAIMANAKAH SWOT ITU??: Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan ( strengths ), kelemahan ( weaknesses ), p...
Senin, 14 Januari 2013
Kamis, 10 Januari 2013
Midwiferysite: Faktor yang Mempengaruhi Mutu Pelayanan Kebidanan
Midwiferysite: Faktor yang Mempengaruhi Mutu Pelayanan Kebidanan: MUTU PELAYANAN KEBIDANAN A. Mutu Pelayanan Kesehatan Pelayanan bermutu atau berkualitas sering dikaitkan dengan biaya. Rosemary...
permintaan nilai mutu pelayanan kebidanan
"saya meminta nilai yang pantas bagi saya sesuai dengan usaha saya mengerjkan tugas bpk...,.... "
trimakasih..
permintaan nilai mutu pelayanan kebidanan
"saya meminta nilai yang pantas bagi saya sesuai dengan usaha saya mengerjkan tugas bpk...,.... "
trimakasih..
Senin, 07 Januari 2013
Kamis, 03 Januari 2013
dr.Agus Riyanto: Penyebab Sering Mengantuk
dr.Agus Riyanto: Penyebab Sering Mengantuk: Mungkin diantara kita ada yang bertanya-tanya kenapa serting mengalami keluhan mudah mengantuk dan badan terasa mudah lelah. Tulisan saya be...
dr.Agus Riyanto: Diagnosa dan Penatalaksanaan Skabies
dr.Agus Riyanto: Diagnosa dan Penatalaksanaan Skabies: Definisi Skabies atau sering juga disebut penyakit kulit berupa budukan dapat ditularkan melalui kontak erat dengan orang yang terinfeksi m...
hidup sehat di pesantren: KESEHATAN DAN KEBERSIHAN PESANTREN
hidup sehat di pesantren: KESEHATAN DAN KEBERSIHAN PESANTREN: PEMBENTUKAN POSKESTREN DENGAN MENGUNAKAN POLA PENDEKATAN DESA SIAGA DI PESANTREN Kesehatan bagi sebagaian penduduk yang terbatas kema...
Informasi Berbagai Hal: Bagaimana Penanganan Scabies
Informasi Berbagai Hal: Bagaimana Penanganan Scabies: // Scabies merupakan penyakit kulit yang sering ditemukan di Indonesia. Hal ini dikarenakan iklim tropis Indonesia sangat m...
ASUHAN KEBIDANAN SOAP PADA PERSALINAN PATOLOGIS NY “S” GIP00000 UK 40 MINGGU JANIN TUNGGAL HIDUP INTRAUTERIN PRESENTASI KEPALA JALAN LAHIR NORMAL K/U IBU DAN JANIN BAIK DENGAN INPARTU KALA I FASE LATEN DENGAN KETUBAN PECAH DINI (KPD)
ASUHAN
KEBIDANAN SOAP
PADA
PERSALINAN PATOLOGIS NY “S” GIP00000
UK 40 MINGGU JANIN TUNGGAL HIDUP INTRAUTERIN PRESENTASI KEPALA JALAN LAHIR
NORMAL K/U IBU DAN JANIN BAIK DENGAN INPARTU KALA I FASE LATEN DENGAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) DI
PAVILIUN PONEK RSUD “ CINTAKU” JOMBANG
Di Susun oleh:
SITI ROMDHIATUN
7210063
UNIVERSITAS
PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
PRODI DIII
KEBIDANAN
JOMBANG
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Dengan Rahmat, Taufiq,
dan Hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah asuhan kebidanan
dengan judul “ ASUHAN
KEBIDANAN SOAP PADA PERSALINAN PATOLOGIS
NY “S” GIP00000 UK 40 MINGGU JANIN TUNGGAL HIDUP
INTRAUTERIN PRESENTASI KEPALA JALAN LAHIR NORMAL K/U IBU DAN JANIN BAIK DENGAN INPARTU
KALA I FASE LATEN DENGAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) DI PAVILIUN PONEK RSUD “
CINTAKU” JOMBANG.”
Penyelesaian
makalah asuhan kebidanan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1.
Ibu Rahayu
Angrestuningsih,Amd.keb , selaku kepala ruangan pavilion PONEK RSUD Jombang.
2.
Ibu Duwok Sustina,Amd.Keb,
selaku pembimbing ruangan pavilion PONEK RSUD Jombang.
3.
Ibu Ninik Azizah,M.Kes, Selaku
Kaprodi D III Kebidanan Darul ‘Ulum.
4.
Ibu Dian Puspitayani,M.Kes selaku
Pembimbing Akademik.
5.
Semua Dosen-dosen AKBID Darul ‘Ulum Jombang.
6.
Orang tua, saudara serta teman-teman yang telah
memberikan support dan do’a kepada tim penyusun.
Penulis menyadari
masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah asuhan kebidanan ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak.
Semoga makalah asuhan
kebidanan ini bisa bermanfaat bagi semua pihak, baik pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.
Jombang, November 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses
persalinan. Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Bila ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan 37 minggu di sebut
ketuban pecah dini pada kehamilan prematur. Dalam keadaan normal 8-10 %
perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini. Ketuban pecah dini
prematur terjadi pada 1% kehamilan pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan
perubahan proses biokimia yang terjadi dalam kolagen matrix ekstra seluler
amnion, korion dan apoptosis membrane janin. Membraan janin dan desidua
bereaksi terhaap stimuli seperti infeksi dan peregangan selaput ketuban dengan
memproduksi mediator seperti prostaglandin, sitokinin dan protein hormon yang
merangsang aktivitas matrix degrading enzim.
Di Indonesia ini Angka kematian ibu (AKI ) sebesar
228/100.000 KH, Angka kematian bayi (AKB) sebesar 34/1000 KH, dan kematian neonatal
sebesar 19/1000KH, itu terbukti masih tingginya angka kematian di Indonesia di
bandingkan dengan Negara-negara lain di Asia.( Dep Kes RI, 2009)
Dari fenomena diatas, penulis tertarik untuk memberikan
Asuhan Kebidanan pada kasus KPD ini secara tepat,cepat DAN komprehensif, karena
jika ibu bersalin dengan KPD tidak mendapat Asuhan yang sesuai maka, resikonya
akan berakibat pada ibu maupun janin. dengan harapan setelah di lakukannya
asuhan kebidanan yang cepat dan tepat maka kasus KPD dapat di tangani dengan
baik, sehingga AKI dan AKB di indonesia dapat di kurangi.
B. TUJUAN
UMUM
Setelah melakukan praktek klinik kebidanan ini, mahasiswa di
harapkan mampu membuat Asuhan Kebidanan SOAP pada kasus KPD secara
komprehensif.
C.
TUJUAN KHUSUS
Setelah melakukan Asuhan Kebidanan
dalam bentuk SOAP mahasiswa mampu:
1.
Memahami
teori tentang persalinan dan KPD
2.
Melakukan
pengkajian data subjektif
3.
Melakukan
pemeriksaan dalam kasus KPD sebagai data objektif
4.
Menganalisa
data yang di dldalamnya dapat mengidentifikasi diagnose, masalah serta
kebutuhan berdasarkan data subjektif dan objektif.
5.
Melaksanakan
penatalakanaan KPD diantaranya melakukan intervensi, implementasi, evaluasi.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
PERSALINAN
1.
PENGERTIAN
-
Persalinan adalah suatu
proses pengeluaran hasil konsepsi (janin +Ø urine) yang dapat hidup di dunia luar dari rahim melalui jalan
lahir atau dengan jalan lain.
-
Persalinan (partusØ >
labor) adalah proses pengeluaran produk konsepsi yang viable melalui jalan
lahir biasa.
-
Delivery adalah momentum
kelahiran janin sejak kala II (akhir kala I)
-
Persalinan adalah pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan
atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,
dengan bantuan atau tanpa bantuan (
kekuatan sendiri). ( A suahn kebidanan pada ibu bersalin, 2010)
proses persalinan terdiri
dari 4v kala, diantaranya:
1. Kala Persalinan
Proses persalinan terdiri 4 kala yaitu :
Kala I : waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm
Kala II: kala pengeluaran janin waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan meneran, mendorong janin keluar hingga lahir
Kala III : waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri
Kala IV : mulai dari pengeluaran uri selama 1-2 jam
a. Kala I (kala pembukaan)
In partu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show), karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effesement).
Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran ketika serviks mendatar dan membuka.
Kala pembukaan dibagi atasdua fase yaitu:
1. Fase Laten : dimana pembukaan serviks berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7-8 jam.
2. Fase aktif : berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 sub fase:
• Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm
• Peride dilatasi maksimat (steady) : selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
• Periode deselerasi: berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan jadi 2 cm atau lengkap.
Proses membukanya serviks disebut berbagai istilah:
Melembek(softening), menipis( thinned out), oblitrasi (oblitrated) mendatar dan tertarik keatas (effaced and taken up) dan membuka (dilatation)
Fase-fase yang dikemukaan diatas di jumpai pada primigravida bedanya dengan mutigravida ialah:
Primi Multi
Serviks mendatar (effacement) dulu, baru dilatasi berlangsung 13-14 jam Mendatar dan membuka bisa bersamaan. Berlangsung 6-7 jam.
b. Kala II (kala pengeluaran janin)
Pada kala pengeluaran janin, histerkoordinir kuat, cepat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janian telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah teknan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan rektum ibu merasa seperti ingin buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahirlah kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi 1 ½ - 2 jam, pada muilti ½ - 1 jam.
c. Kala III ( kala pengeluaran uri)
Setelah bayi lahi, kontraksi rahim berkontraksi sebentar. Uterus teraba keras dengan hindus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri dalam 5-1 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir sepontan atau dengan sedikit dorongan dari atas sympisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 CC.
d. Kala IV
Adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi lahir dan urilahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum.
Lamanya persalinan pada primi dan multi adalah :
Primi Multi
Kala I 13 jam 7 jam
Kala II 1 jam ½ jam
Kala III ½ jam ¼ jam
Lama persalinan 14 ½ jam 7 ¾ jam
2. Mekanisme Persalinan
Pada minggu-minggu terakhir persalinan segmen bawah rahim meluas untuk menerima kepala janin terutama pada primi dan juga pada multi pada saat-saat partus mulai. Untunglah bahwa hampir 96% janin adalah letak kepala.
Pada letak belakang kepala (LBK) dijumpai pula :
• Ubun-ubun kecil kiri depan = 58 %
• Ubun-ubun kecil kanan depan = 23 %
• Ubun-ubun kecil kanan belakang = 11 %
• Ubun-ubun keci kiri belakang = 8%
Kenapa lebih banyak letak kepala, dikemukakan 2 teori :
a. Teori akomodasi: bentuk rahim memungkinkan bokong dan eksternitas yang volumenya besar berada diatas,dan kepala di bawah ruangan yang lebih sempit
b. Teori gravitasi : karena kepala relatif besar dan berat, maka akan turun kebawah. Karena his yang kuat, teratur dan sering maka kepala janin turun memasuki PAP (engagement). Karena menyesuaikan diri dengan jalan lahir, kepala bertambah menekuk (fleksi maksimal) sehingga lingkar kepala yang memasuki panggul dengan ukuran yang terkecil.
c. Diameter suboccipito-bregmatika= 9,5 cm.
d. Sirkumferensi suboccipito-bregmatika= 32 cm
1. Kala Persalinan
Proses persalinan terdiri 4 kala yaitu :
Kala I : waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm
Kala II: kala pengeluaran janin waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan meneran, mendorong janin keluar hingga lahir
Kala III : waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri
Kala IV : mulai dari pengeluaran uri selama 1-2 jam
a. Kala I (kala pembukaan)
In partu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show), karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effesement).
Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran ketika serviks mendatar dan membuka.
Kala pembukaan dibagi atasdua fase yaitu:
1. Fase Laten : dimana pembukaan serviks berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7-8 jam.
2. Fase aktif : berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 sub fase:
• Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm
• Peride dilatasi maksimat (steady) : selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
• Periode deselerasi: berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan jadi 2 cm atau lengkap.
Proses membukanya serviks disebut berbagai istilah:
Melembek(softening), menipis( thinned out), oblitrasi (oblitrated) mendatar dan tertarik keatas (effaced and taken up) dan membuka (dilatation)
Fase-fase yang dikemukaan diatas di jumpai pada primigravida bedanya dengan mutigravida ialah:
Primi Multi
Serviks mendatar (effacement) dulu, baru dilatasi berlangsung 13-14 jam Mendatar dan membuka bisa bersamaan. Berlangsung 6-7 jam.
b. Kala II (kala pengeluaran janin)
Pada kala pengeluaran janin, histerkoordinir kuat, cepat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janian telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah teknan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan rektum ibu merasa seperti ingin buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahirlah kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi 1 ½ - 2 jam, pada muilti ½ - 1 jam.
c. Kala III ( kala pengeluaran uri)
Setelah bayi lahi, kontraksi rahim berkontraksi sebentar. Uterus teraba keras dengan hindus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri dalam 5-1 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir sepontan atau dengan sedikit dorongan dari atas sympisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 CC.
d. Kala IV
Adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi lahir dan urilahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum.
Lamanya persalinan pada primi dan multi adalah :
Primi Multi
Kala I 13 jam 7 jam
Kala II 1 jam ½ jam
Kala III ½ jam ¼ jam
Lama persalinan 14 ½ jam 7 ¾ jam
2. Mekanisme Persalinan
Pada minggu-minggu terakhir persalinan segmen bawah rahim meluas untuk menerima kepala janin terutama pada primi dan juga pada multi pada saat-saat partus mulai. Untunglah bahwa hampir 96% janin adalah letak kepala.
Pada letak belakang kepala (LBK) dijumpai pula :
• Ubun-ubun kecil kiri depan = 58 %
• Ubun-ubun kecil kanan depan = 23 %
• Ubun-ubun kecil kanan belakang = 11 %
• Ubun-ubun keci kiri belakang = 8%
Kenapa lebih banyak letak kepala, dikemukakan 2 teori :
a. Teori akomodasi: bentuk rahim memungkinkan bokong dan eksternitas yang volumenya besar berada diatas,dan kepala di bawah ruangan yang lebih sempit
b. Teori gravitasi : karena kepala relatif besar dan berat, maka akan turun kebawah. Karena his yang kuat, teratur dan sering maka kepala janin turun memasuki PAP (engagement). Karena menyesuaikan diri dengan jalan lahir, kepala bertambah menekuk (fleksi maksimal) sehingga lingkar kepala yang memasuki panggul dengan ukuran yang terkecil.
c. Diameter suboccipito-bregmatika= 9,5 cm.
d. Sirkumferensi suboccipito-bregmatika= 32 cm
TINJAUAN KASUS
KETUBAN PECAH DINI (
KPD )
A. Pengertian
Ketuban Pecah dini
Selaput ketuban yang membatasi rongga amnion terdiri atas
amnion dan karion yang sangat erat kaitannya, lapisan ini terdiri atas beberapa
sel seperti sel epitel, sel mesenkim dan sel trofoblas yang terikat erat dalam
matriks kolagen. Selaput ketuban berfungsi mengahasilkan air ketuban dan
melindungi janin terhadap infeksi.
Dalam keadaan normal, selapu ketuban pecah dalam proses
persalinan, ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu di
sebut ketuban pecah dini pada kehamilan premature. Dalam keadaan normal 8-10%
perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini. (sarwono
prawirohardjo, 2008)
Ketuban pecah dini prematur terjadi pada 1% kehamilan
pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang
terjadi dalam kolagen matrix ekstra seluler amnion, korion dan apoptosis
membrane janin. Membraan janin dan desidua bereaksi terhaap stimuli seperti
infeksi dan peregangan selaput ketuban dengan memproduksi mediator seperti
prostaglandin, sitokinin dan protein hormon yang merangsang aktivitas matrix
degrading enzim. (sarwono prawirohardjo,2008)
B. Mekanisme
ketuban pecah dini
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh
kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada
daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban
inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh.
Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi
ekstraseluler matrix, perubahan stuktur, jumlah sel dan katabolisme kolagen
menyebabkan selaput ketuban pecah.
Factor
resiko untuk terjadinya ketuban pecah dini adalah:
·
Berkurangnya asam askorbik sebagai
komponen kolagen
·
Berkurangnya tembaga dan asa
askorbikyang berkaitan pertumbuhan struktur abnormal karena antara lain merokok.
Degradasi kolagen di mediasi matriks
metalloproteinase (MMP) yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan
inhibitor protease.
Mendekati waktu
persalinan, keseimbangan antara MMP dan TIMP-1 mengarah pada degradasi
proteolitik dari matrix ekstraseluler dan membran janin. Aktivitas degradasi
proteolitik ini meningkat menjelang persalinan. Pada penyakit periodontitis
dimana terdapat peningkatan MMP, cenderung terjadi ketuban pecah dini.
Selaput
ketuban sangat kuat dalam kehamilan muda. Pada trimester 3 selaput ketuban
mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban pada hubungannya dengan
pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin. Pada trimester terakhir
terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya ketuban pada kehamilan
aterm merupakan hal fisiologis. Ketuban pecah dini pada kehamilan prematur
disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar
dari vagina. Ketuban pecah dini prematur sering terjadi pada polihidramnion,
inkompeten serviks, solusio plasenta.(sarwono, 2008)
C. Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat ketuban
pecah dini bergantung pada usia kehamilan dapat terjadi infeksi maternal
ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat,
deformitas janin, meningkatnya insiden sectio secarea, atau gagalnya persalinan
normal.
·
Persalinan
prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh
persalinan. Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90%
terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu
50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan
terjadi dalam 1 minggu.
·
Infeksi
Resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah
dini. Pada ibu terjadi korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia,
pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi.
Pada ketuban pecah dini prematur, infeksi lebih sering daripada aterm. Secara
umum insiden infeksi sekunder pada ketuban pecah dini meningkat sebanding
dengan lamanya periode laten.
·
Hipoksia dan
asfiksia
Dengan pecahnya ketuban mterjadi oligohidramnion yang
menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan
antara terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air
ketuban, janin semakin gawat.
·
Sindrom
deformitas janin
Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan komposisi muka dan anggota
badan janin, serta hipoplasi pulmonas. (sarwono prawirohardjo, 2008)
Penatalaksanaan ketuban pecah dini:
·
Pastikan
diagnosis
·
Tentukan umur
kehamilan
·
Evaluasi ada
tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin
·
Apakah dalam
keadaan inpartu, terdapat kegawatan janin
Riwayat keluarga air ketuban berupa
cairan jernih keluar dari vagina yang kadang-kadang disertai tanda-tanda lain
dalam persalinan.
Diagnosis ketuban pecah dini prematur
dengan inspekulo dilihat adanya cairan ketuban keluar dari kavum uteri.
Pemeriksaan PH vagina perempuan hamil sekitar 4,5 bila ada caira ketuban PH nya
sekitar 7,1-7,3. Antiseptic yang alkalin akan menaikan PH vagina.
Dengan pemeriksaan ultrasound adanya
ketuban pecah dini dapat dikonfirmasikan denga adanya oligohidramnion. Bila air
ketuban normal agaknya ketuban pecah dapat diragukan serviks.
Penderita dengan kemungkinan ketuban
pecah dini harus masuk rumah sakit untuk diperiksa lebih lanjut. Jika pada
perawatan air ketuban berhenti keluar, pasien dapat pulang untuk dirawat jalan.
Bila terdapat persalinan dalam kala aktif, kotioamnionitis, gawat janin,
persalinan diterminasi. Bila ketuban pecah dini dalam kehamilan prematur,
diperlukan penatalaksanaan yang komperhensif. Secara umum penatalksanaan pasien
ketuban pecah dini yang tidak dalam persalinan serta tidak ada infeksi dan
gawat janin, penatalaksanaannya bergantung pada usia kehamilan. (sarwono
prawirohardjo, 2008)
·
Diagnosis
Tentukan
pecahnya selaput ketuban, dengan adanya cairan ketuban divagina. Jika tidak ada
dapat dicoba dengan menggerakan sedikit bagian terbawah janin atau meminta
pasien batuk atau mengedan. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes
lakmus merah menjadi biru. Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan
USG. Tentukan ada tidaknya infeksi, tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu
lebih dari 38 C serta air ketuban keruh dan berbau. Leukosit darah
>15.000/mm. Janin yang mengalami takikardi, mungkin mengalami infeksi
intrauterin. Tentukan tanda-tanda persalinan dan skoring velviks. Tentukan
adanya kontraksi yang teratur. Periksa dalam dilakukan penanganan aktif
(terminasi kehamilan). (sarwono prawirohardjo, 2008)
D. Penanganan
·
Konservatif
Rawat dirumah
sakit, berikan antibiotik (ampisilin 4x500 mg atau eritromisin bila tidak tahan
ampisilin dan metronidasol 2x500 mg selama 7 hari). Jika umur kehamilan
<32-34 mgg dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban
tidak keluar lagi. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu tidak ada
infeksi tes bisa negatif beri dexametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan
kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu. Jika kehamilan 32-37
mgg, sudh inpartu, tidak infeksi berikan tokolitik (sulbatamol), dexametason,
dan induksi sesudah 24 jam. Jika usia kehamilan 32-37 mgg, ada infeksi beri
antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit,
tanda-tanda infeksi intrauterin). Pada usia kehamilan 32-37 mngg berikan
steroid untuk memacu kematangan paru janin, dan bila memungkinkan periksa kadar
lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis
tunggal selama 2 hari, dexametason IM 5
mg setiap 6 jam sebanyak 4x. (sarwono prawirohardjo,2008)
ASUHAN
KEBIDANAN SOAP
PADA PERSALINAN
PATOLOGIS NY “S” GIP00000
UK 40 MINGGU JANIN TUNGGAL HIDUP INTRAUTERIN PRESENTASI KEPALA JALAN LAHIR
NORMAL K/U IBU DAN JANIN BAIK DENGAN INPARTU KALA I FASE LATEN DENAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) DI PAVILIUN PONEK RSUD “CINTAKU” JOMBANG
Tanggal
pengkajian : 16-11-2012
Jam : 21.00 WIB
S : Subjektif
1.
Identitas
Nama : Ny ”S” Nama suami : Tn “E”
Umur : 21 tahun Umur : 23 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia suku/bangsa :Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMP Pendidikan
: SMU
Pekerjaan : IRT Pekerjaan
: Kariawan pabrik
Alamat : Bangkot, Peterongan, Jombang
2. Stasus perkawinan
Perkawinan : 1x
Umur kawin : 20 tahun\
Lama kawin : 1tahun
3. Keluhan utama
Ibu mengatakan ini adalah kehamilannya yang
pertama dengan usi kehamilan 9 bulan dan ibu mengatakan mengeluarkan cairan
dari jalan lahir sejak pukul 15.00 WIB. dan kenceng-kenceng sejak pukul 18.00
WIB.
4. Riwayat
kesehatan sekarang
Pasien datang kiriman UGD tanggal 16-11-2012 jam 20.30 WIB dengan
ketuban pecah dini (KPD) kemudian di rujuk ke paviliun PONEK pukul
21.00 WIB.
5. Riwayat
kebidanan
a. Riwayat
menstruasi
Menarche : 13 tahun
Siklus haid : 28 hari, dan teratur.
Lama haid : 5-7 hari
Banyaknya : 3-4x/ hari ganti softek
Warna & bau : merah kehitaman dan bau anyir
Dismenorhea : tidak
HPHT :
09-03-2012
6. Riwayat
kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
No
|
Anak ke
|
Umur anak
|
Uk
|
Jenis persalinan
|
Penolong persalinan
|
Tempat persalinan
|
Jenis kelamin
|
bayi
|
ibu
|
|||
|
|
|
|
|
||||||||
1.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7. Riwayat
kehamilan sekarang
Ibu mengatakan ini kehamilan yang ke-1 dengan usia
kehamilan 9 bulan. Dan ibu mangatakan rutin
memerikskan ke bidan sebanyak 6x, diantaranya:
TM I : Periksa di
bidan 1x, dengan Keluhan mual, pusing, Obat yang didapat : fe, B6, kalk, Penyuluhan :
istirahat yang cukup, makan sedikit tapi sering, minum tablet tambah darah pada
malam hari agar tidak
mual.
TM 2 :Periksa di
bidan 2x dengan tidak ada
keluhan, Obat yang didapat : Fe, kalk. Penyuluhan :
istirahat yang cukup, pola nutrisi di tambah, minum tablet tambah darah pada
malam hari agar tidak mual.
TM 3 : Periksa di
bidan 3x dengan Keluhan sakit punggung, Obat yang
didapat : Fe, kalk,
Penyuluhan :
anjurkan minum banyak, pola nutrisi di tambah, istirahat yang cukup
8. Riwayat KB
Ibu mengatakan selama ini belum pernah menggunakan
alat kontrasepsi apapun.
9. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
§ sebelum hamil : Makan 3x/ hari, menu : nasi, lauk pauk, sayur.
§ Saat hamil :
makan 3x/ hari dengan porsi sedang, menu : nasi,lauk pauk, sayur
b. Eliminasi
§ sebelum hamil : BAB 1x/ hari,
konsistensi lembek, ,warna kuning, bau khas
BAK 4-5x/ hari,
warna kuning jernih, bau khas
§ Saat hami : BAB jarang, konsistensi keras, ,warna
kuning, bau khas
BAK 7-8x/ hari, warna
kuning jernih, bau khas
c.
Istirahat
§ Sebelum hamil : tidur siang ±2 jam/ hari, malam ±6-7 jam/ hari
§ Saat hamil : tidur sing ± 2 jam/hari, malam ± 7-8 jam/hari
d. Personal hygiene
§ Sebelum hamil : mandi 2x/ hari, gosok gigi 2x/ hari, ganti baju dan pakaian dalam 2x/ hari,
keramas 3x seminggu.
§ Saat hamil : mandi 2x/ hari, gosok gigi 2x/ hari, ganti
baju dan
pakaian dalam 2x/ hari,
keramas 3x seminggu.
e. Pola
aktivitas
§ Sebelum hamil : ibu mangatakan melkukan pekerjaan rumah sendirian
§ Saat hamil : ibu mangatakan melakukan pekerjaan rumah di bantu
suami.
10. Riwayat psikososial
Ibu mengatakan senang dengan kehamilannya yang ke-1 dan
kehamilan ini sudh di rencanakan dengan suami dan din nanti-nati oleh keluarga,
serta ibu khawatir dengan keadaannya saat ini.
O : Objektif
1. Pemeriksaan
umum
K/u : baik
Kesadaran : composmentis
BB :
47 kg
TB : 155 cm
LILA : 24 cm
TTV : TD : 120/80 mmHg
N : 88x/ menit
S : 36,7 C
RR : 18x/ menit
2. Pemeriksaan
fisik khusus
a.
Insfeksi
§ Kepala : rambut warna hitam, kulit kepal bersih
§ Muka : tidak pucat, tidak ada oedema
§ Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih
§ Mulut : tidak ada stomatitis, tidak ada caries
gigi
§ Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, dan
vena jugularis
§ Payudara :
puting susu menonjol, areola mamae hyperpigmentasi, payudara tampak bersih
§ Abdomen:
terdapat pembesaran sesuai dengan usia kehamilan, terdapat linea nigra, tidak
ada bekas operasi
§ Genetalia :
terlihat bersih, mengeluarkan lendir bercampur darah, tidak ada keluhan
§ Ekstremitas:
tidak ada oedema, terpasang infus Rl pada tangan sebelah kiri
b.
Palpasi
§ Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan
vena jugularis
§ Payudara : tidak ada kelainan, tidak nyeri
tekan, colostrum –
§ Abdomen :
-
Leopold I : TFU : pertengahan PX pusat, teraba bokong
(bulat, lunak, tidak melenting).
-
Leopold II : bagian kanan ibu teraba punggung janin (panjang, datar,
seperti papan), bagian kiri perut ibu teraba bagian terkecil janin.
-
Leopold III : Teraba kepala
janin (keras, bulat, melenting)
-
Leopold IV : sudah masuk
PAP (disvergen)
-
Mc
Donald : TFU: 30 cm, TBBJ: (30-11)x 155
= 2940 gr.
c.
Auskultasi
§ Dada : tidak ada whezing dan ronchi
§ Abdomen : DJJ : (11-11-12) x 4= 136x/
menit
d.
Perkusi
reflek patella :
ka/ki : +/+
ð Pemerikaan penunjang
Kertas
lakmus berarna biru menandakan bahwa cairan yang keluar dari vagina adalah air
ketuban.
ð Pemeriksaan dalam tgl : 16-12-2012,
jam : 21.00 WIB.
Ø : 3 cm Pres : kepala
Eff : 30 % Deno : UUK
Ket : terlihat mrembes Hodge : II
Penurunan
kepala : 2/5
A : Analisa Data
Dx : Ny “S” GI P00000 UK 40 minggu janin
tunggal hidup intra uterin presentasi kepala jalan lahir
normal k/u ibu dan janin baik dengan inpartu kala I fase laten dengan ketuban
pecah dini (KPD)
Ds : ibu
mengatakan hamil anak ke-1 dengan usia
kehamilan 9 bulan sudah
mengeluarkan cairan
dari jalan lahir sejak pukul 15.00 WIB, dengan kenceng-kenceng sejak pukul
18.00 WIB.
Do : TTV :
TD : 120/80 mmHg VT pukul : 21.00 wib
N :
88X/ menit Ø : 3 cm
S : 36,7 C Eff : 30 %
RR : 16x/ menit Ket : terlihat mrembes
DJJ : 136x/m Pres : kepala
His : 3x 35 detik/10m Deno : UUK
TBJ` : 2940gr Hodge : II penurunan
kepala : 2/5
Masalah : ketuban pecah dini yang
mengakibatkan ibu cemas, takut, akan keadaan janinnya.
Kebutuhan :
-
Dukungan
emosional
-
Observasi
keadan ibu dan janin
-
Konseling kepada keluarga tentang
tindakan yang akan dilakukan
-
Kolaborasi
dengan dokter SPoG
-
Observasi
kemajuan persalinan
P : Penatalaksanaan
1. 16-11-2012
21.00 WIB lakukan pendekatan terapeutik. Melakukan pendekatan terapeutik
untuk menjalin kerja sama antara pasien dan tenaga kesehatan, diantarnya:
-
melakukan 5 s: senyum, salam, sapa, sopan, santun kepada pasien
-
memberikan dukungan emosional tentang kedan ibu sekarang
-
memberikan inform consent tentang tindakan yang akan di lakukan
Pendekatan
berlangsung dengan baik, ibu terlihat tenang, Dan keluarga menyetujui.
21.15 WIB lakukan pemerikaan. Melakukan pemeriksaan
untuk mengetahui kondisi ibu, diantaranya:
-
malakukan pemeriksaan TTV: TD: 120/80mmHg,N: 80x/m, S: 36,70C,RR:
16x/m,DJJ: 136x/m, HIS: 3x35detik/10m,TBJ: 2940 gr.
- melakukan pemeriksaan dalam: VT : Ø:
3 cm,Pres: kepala,Eff: 30 % Deno:
UUK, Ket: terlihat mrembes, Hodge: 2/5
21.30 WIB lakukan
kolaborasi dengan dokter SPOG. Untuk mendapatkan terapi obat dan tindakan yang
sesuai dengan kasus, diantaranya:
- memasang infuse RL dengan
transfuse set. 1 fles untuk rehidrsi dan di lanjutkan 1 fles untuk terminasi
OD.
- Memberikan dexa 2 ampul sesuai dengan
anjuran dokter untuk mempercepat pembukaan serviks.
Semua
sudah di lakukan sesuai anjuran doter.
21.35 WIB lakukan observasi CHPB. Melakukan observasi
CHPB untuk mengetahui kemajuan persalinandari pembukaan 1- 10 cm.
22.15 WIB penatalaksanaan asuhan persalinan normal.
CATATAN
PERKEMBANGAN
Tgl :
16-11-2012 jam : 22.15 WIB
S :
ibu mengatakan ingin meneran
O :
- inspeksi
Tanda-tanda
gejala kala dua: doran, teknus, perjol, vulka
- palpasi
VT :Ø
: 10 cm pres : kepala
Eff : 100 % deno : UUK
Ket : (-) hodge : IV
Penurunan
kepala 0/5
A : Ny “ S” GIP00000 dengan inpartu kala II
P : - persiapan pertolongan kala II
- penatalaksanaan APN langkah 1-27
Tgl :
16-12-2012 jam : 22.30 WIB
S :
ibu mengatakan senang, karena bayinya sudah lahir.
O :
- Bayi : - lahir
spontan B pukul : 22.30 WIB
- jenis kelamin : perempuan
- A-S : 8-9
- BB : 2840 gr
- PB : 50 cm
- langsung menangis
- Ibu :
TFU : 1 jari bawah pusat
UC :
baik
Kandung kemih : -
A :
Ny” S” P10001 dengan inpartu kala III
P :
- manajemen aktif kala III ( makti )
- penatalaksanaan APN langkah 28-42
Tgl :
16-11-2012 jam : 22.45 WIB
S :
Ibu mengatakan senang dan lega karena bayi dan plecenta sudah lahir
O :
- placenta lahir intake jam : 22.45
WIB
- TFU :
3 jari bawah pusat
- UC :
baik
- kandung kemih : 100 cc
- perdarahan : ± 200 cc
A :
Ny” S” P10001 dengan inpartu
kala IV
P :
- observasi 2 jam PP lenbar balik partograf
- penatalaksanaan APN langkah 43-58
Tgl :
17-12-2012 jam : 00.30 WIB
S :
Iu mengatakan lega dan bahagia karena akhirnya persalinannya berjalan dengan
lancar.
O : K/U :
baik TTV: TD :
120/80 mmHg
Kesadaran : compos mentis N :
88x/m
TFU : 3 jari bawah pusat S : 37,1 0C
UC : baik RR : 20x/m
Perdarahan : 50 cc
Kandung
kemih: -
A :
Ny” S” P10001 dengan 2 jam post partum
P : - KIE nutrisi
-
mobilisasi bertahap
-
ASI Eksklusif
-
personal hygine
-
control 1 minggu lagi
PENATALAKSANAAN
58 LANGKAH APN
I. MENGENALI
GEJALA DAN TANDA KALA DUA
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala Dua
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala Dua
- Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
- Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina
- Perineum tampak menonjol
- Vulva dan sfingter ani membuka
II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan menataksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk tempat datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan_asfiksia kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi
- Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi
- Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set
3. Pakai celemek
plastik
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam
6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik)
III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN BAIK
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam
6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik)
III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN BAIK
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT
- Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang
- Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia
- langkah #9 )_Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5 %
8. Lakukan periksa
dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
- Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi
9. Dekontaminasi
sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan
ke dalam larutan larutan klorin 0.5% kemudian lepaskan dan rendam dalam
keaadaan terbalik dalam larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah
sarung tangan dilepaskan
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi / saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160x/menit)
IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES BIMBINGAN MENERAN
11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan abntu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi / saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160x/menit)
IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES BIMBINGAN MENERAN
11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan abntu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya
- Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang ada
- Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar
12. Minta keluarga
membantu menyiapkan posisi meneran. (bila ada rasa ingin meneran dan terjadi
kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang
diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman)
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran :
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran :
- Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
- Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai
- Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
- Anjurkan ibu untuk ber istirahat di antara kontraksi
- Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
- Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)
- Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
- Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida)
14. Anjurkan ibu
untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum
merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
VI. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
Lahirnya Kepala
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernapas cepat dan dangkal
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi
V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
VI. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
Lahirnya Kepala
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernapas cepat dan dangkal
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi
- Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi
- Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong di antara dua klem tersebut
21. Tunggu kepala
nayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
Lahirnya Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
Lahirnya Badan dan Tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk di antara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya)
VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
25. Lakukan penilaian (selintas) :
a. Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernapas atau megap-megap lakukan langkah resusitasi (lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir)
26. Keringkan tubuh bayi
Lahirnya Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
Lahirnya Badan dan Tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk di antara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya)
VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
25. Lakukan penilaian (selintas) :
a. Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernapas atau megap-megap lakukan langkah resusitasi (lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir)
26. Keringkan tubuh bayi
- Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi di atas perut ibu.
27. Periksa
kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil
tunggal)
28. Beritahu ibu bahwa dia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM (intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin)
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
28. Beritahu ibu bahwa dia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM (intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin)
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
- Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut
- Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya
- Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan
32. Letakkan bayi
agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakkan bayi tengkurap did ada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi
VIII. PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA TIGA
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
35. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, utnuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
Letakkan bayi tengkurap did ada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi
VIII. PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA TIGA
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
35. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, utnuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
- Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami, atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu
Mengeluarkan Plasenta
37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan dorongan dorso-kranial)
37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan dorongan dorso-kranial)
- jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
- Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat :
1. Beri dosis
ulangan oksitosin 10 unit IM
2. Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
5. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta manual
38. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan
2. Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
5. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta manual
38. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan
- Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal
Rangsangan Taktil (Masase) Uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
- Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik masase
IX. MENILAI PERDARAHAN
40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan
X. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam
43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
- Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara
- biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu
44. Setelah satu
jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik
profilaksis, dan vitamin K1 1mg intramuskular di paha kiri anterolateral
45. Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi hepatitis B di paha kanan anterolateral
45. Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi hepatitis B di paha kanan anterolateral
- Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan
- Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu
- Evaluasi
BB : 2840 gr LK : 32 cm LA : 33 cm FO : 32 cm
TB : 50 cm LD : 32 cm MO : 32 cm SOB : 34 cm
46. Lanjutkan
pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
- 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
- Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
- Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
- Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri
47. Ajarkan
ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan
- Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pascapersalinan
- Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal
50.
Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60
kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5)
Kebersihan dan Keamanan
51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering
54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya
55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%
56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
Dokumentasi
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang) , periksa tanda vital dan asuhan kala IV\
Kebersihan dan Keamanan
51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering
54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya
55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%
56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
Dokumentasi
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang) , periksa tanda vital dan asuhan kala IV\
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah
penulias melakukan Asuhan kebidanan SOAP pada Ny “S” GI P00000 UK 40 minggu dengan inpartu kala I fase laten
dengan KPD, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam asuhan
kebidanan ini terutama pada penatalaksanaanya ada kesamaan antara terori dan
aplikasinya, di antaraya:
- pemberian dukungan emosional
- Penatalaksanaan APN 58 langkah
B. Saran
1.
Bagi mahasiswa
Mempelajari lebih lanjut tentang teori
yang berhubungan dengan asuhan kebidanan pada inpartu normal, sehingga mampu memberikan asuhan pada
Ny”S ” secara
komperhensif.
2.
Bagi petugas
kesehatan
Petugas memberikan asuhan komperhensif
secara tepat, aman dan cepat.
DAFTAR PUSTAKA
-
Prawirohardjo, sarwono. 2008. ILMU
KEBIDANAN. PT bina pustaka sarwono praworohardjo, jakarta.
-
Sulistyawati,Ari.Nugraheny,Asti.Asuhan
Kebidanan pada ibu bersalin.salemba medika.Jakarta:2010.
-
Mochtar,Rustam.sinopsis
obstretri:fisiologi,patologi.EGC.Jakarta:1998
o
Langganan:
Postingan (Atom)