Minggu, 19 Agustus 2012

asuhan kebidanan soap pada ibu 2 jam post partum

SOAP PADA IBU NIFAS
NY “ K ” GIIP20002 ¬2 JAM POSTPARTUM
DI BPM Ny.ENDANG ERNAWATI
PLEMAHAN BANYUARANG
NGORO JOMBANG






OLEH:
SITI ROMDHIATUN
7210063


UNIVESITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI D III KEBIDANAN
JOMBANG
2012

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masa nifas merupakan masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil, lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu. (Sinopsis Obstetri Jilid I hal : 15).
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena mrupakan masa kritis baiki Ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian Ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal : hal 122)
Dari fenomena diatas kami merasa tertarik untuk untuk memberikan asuhan kebidanan secara tepat karena Ibu-Ibu yang sedang mengalami masa nifas dengan normal dan dapat terhindar dari infeksi maupun komplikasi-komplikasi dalam masa nifas, untuk itu sebagai tenaga kesehatan wajib melakukan observasi minimal 2 jam post partum.
Tujuan Umum
Setelah melakukan klinik kebidanan Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pada kasus post partum secara komprehensif
Tujuan Khusus
Setelah malakukan asuhan kebidanan dalam bentuk soap mahasiswa dapat:
Memehami teori masa nifas
Malaksankan pengkajian kasus pada kasus postpartum
Mengidentifikasi diagnose dan masalah kebidanan berdasarkan data subjektif dan data objektif
Menganalisa data
Melaksanakan penatalaksanaan dengan benar.



BAB II
LANDASAN TEORI
NIFAS
2.1 Pengertian
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil, lama masa nifas yaitu 6-8 minggu (Sinopsis Obstetri Jilid I, hal 115)
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah placenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Pada masa ini terjadi perubahan- perubahan fisiologis yaitu : Perubahan fisik, Involusi uterus dan pengeluaran lochea, Lactasi/pengeluaran ASI, Perubahan sistem tubuh lainnya, Perubahan psikis. (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal : hal 122)
Nifas dibagi dalam 3 periode yaitu;
Puerperium Dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan jalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
Puerperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
Remote Puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan. (Sinopsis Obstetri Jilid I, hal 115)

2.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas

Menjaga kesehatan Ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada Ibu maupun bayinya.
Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
Memberikan pelayanan keluarga berencana.
(Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal : hal 122)
2.3 Perubahan Pada Masa Nifas
Involusi Alat-Alat Kandungan
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil
INVOLUSI TINGGI FUNDUS UTERI BERAT UTERI
Bayi lahir
Uri lahir
1 Minggu
2 Minggu
6 Minggu
8 Minggu Setinggi pusat
2 jari bawah pusat
Pertengahan pusat simpisis
Tidak terabat atas simpisis
Bertambah kecil
Sebenar normal 1000 gr
750 gr
500 gr
350 gr
50 gr
30 gr

Bekas implantasi plasenta merupakan suatu luka yang kasar dan menonjol dalam kavum uteri, segera setelah persalinan. Penonjolan tersebut dengan diameter  7,5 cm sering disangka sebagai suatu bagian placenta yang tertinggal, sesudah 2 minggu diameternya menjadi 3,5 cm pada minggu ke-6 menjadi 2,4 cm. (Ilmu Kebidanan : hal 237)
Luka-luka pada jalan lahir disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.
Rasa sakit yang disebut after pains (merian/mules-mules) disebabkan kontraksi rahim, berlangsung 2-4 pasca persalinan.
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
Lochea Rubra : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernix caseosa, lanugo dan mekonium selama 2 hari pasca persalinan.
Lochea Sanguilenta berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari ke 3-7 pasca persalinan.
Lochea Serosa : Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi hari ke 7-14 pasca persalinan.
Lochea Alba : Cairan putih setelah 2 minggu.
Lochea Purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk.
Lochea Ostasis : Lochea tidak lancar keluarnya.
(Sinopsis Obstetri Jilid I, hal 116)
Serviks : bentuk servik agak menganga seperti corong oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan servik tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan servik uteri terbentuk semacam cincin. Warna servik warna merah kehitaman konsistensi lunak.
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang menegang sewaktu kehamilan dan partus setelah janin lahir berangsur-angsur ciut kembali seperti sedia kala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendur yang mengakibatkan uterus jatuh kebelakang.
Suhu badan wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 0C, sesudah partus adpat naik  0,5 0C dari normal, tetapi tidak melebihi 38 0C, sesudah 12 jam pertama melahirkan, umumnya suhu badan akan kembali normal.
Nadi berkisar antara 60-80 x/menit, segera setelah partus dapat terjadi brodikardia. (Ilmu Kebidanan : hal 239-240).

2.4 Program dan Kebijakan Teknis

Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status Ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi.
Kunjungan Waktu Tujuan
6-8 jam setelah persalinan
6 hari setelah persalinan
2 minggu setelah persalinan
6 minggu setelah persalinan Mencegah pendarahan masa nifas karena Anotia uteri.
Mendeteksi dan merawat penyebab lain pendarahan, rujuk jika terjadi pendarahan.
Memberikan konseling pada Ibu/keluarga bagaimana mencegah pendarahan masa nifas karena Anotia uteri.
Pemberian ASI awal.
Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hypotermia.
Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak bau.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau pendarahan abnormal.
Memastikan ibu cukup makanan, cairan dan istirahat.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanfa-tanda penyulit.
Memberikan konseling mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
Sama seperti diatas ( 6 hari post partum )

Menanyakan ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami.
Memberikan konseling untuk KB secara dini

2.5 Perawatan Pasca Persalinan

Mobilisasi : Karena lelah setelah bersalin ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring kekanan dan kekiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan trombeoboli. Pada hari ke 2 diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan, dan hari ke 4 atau ke 5 sudah di perbolehkan pulang.
Diet : Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori, diantaranya yang mengandung protein banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
Miksi : Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya, bila kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi.
Defekasi : BAB harus dilakukan 3-4 x/hari pasca persalinan, jika masih belum bisa dilakukan klisma.
Perawatan Payudara (mamma) : Perawatan mamma telah dimulai sejak hamil supaya puting susu lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya.
Laktasi : ASI merupakan makanan utama bayi yang tidak ada bandingannya, menyusukan bayi sangat baik untuk menjelmakan rasa kasih sayang antara Ibu dan anaknya
Senam masa nifas
Berupa gerakan-gerakan yang berguna untuk mengencangkan otot-otot abdomen rahim yang sudah menjadi longgar akibat melahirkan. (Sinopsis Obstetri Jilid I, hal 117-118)
2.6 Tanda-Tanda Bahaya Nifas

Infeksi nifas : keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genetalia dalam masa nifas.
Demam nifas : demam masa nifas oleh sebab apapun
Morbiditas puerperalis : kenaikan suhu badan sampai 38 0C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama puerperium kecuali hari pertama. Suhu diukur 4 kali sehari secara oral. (Sinopsis Obstetri Jilid 4, hal 420)
Sub involusi : proses mengecilnya uterus terganggu, faktor penyebabnya antara lain sisa-sisa placenta dalam uterus, adanya mioma uteri, endometritis dll. Pada peristiwa lochea bertambah banyak dan tidak jarang terdapat pula perdarahan.
Perdarahan nifas sekunder bila terjadi 24 jam atau lebih sesudah persalinan. Perdarahan ini bisa timbul pada minggu kedua nifas. Sebab-sebabnya adalah subinvolusi, kelainan kongenital uterus, inversio uterus, mioma uteri dll. (Ilmu Kebidanan : hal 703)

2.7 Pemeriksaan Postnatal
Pemeriksaan umum : TD, N, keluhan
Keadaan umum : suhu badan, selera makan, dll
Payudara : ASI, puting susu
Secret yang keluar misalnya loche, flour albus
Keadaan otot-otot kandungan

2.8 Masalah-Masalah Dalam Menyusui
Masalah antenatal
Kurang atau salah informasi, puting susu terbenam atau donor
Pasca persalinan dini
Puting susu lecet
Payudara bengkak
Mastitis/obses payudara
Pasca persalinan lanjut
Sindroma ASI kurang
Ibu bekerja
Pada keadaan khusus
Ibu melahirkan pada bedar saesar
Ibu sakit : Hepatitis
Ibu dengan TBC paru
Ibu dengan diabetes
Masalah pada bayi
Sering menangis
Bingung puting
Prematura/ikterus
Bayi kembar
Menyusui dalam keadaan darurat
Kondisi Ibu yang panik dapat juga mengurangi produksi ASI
Sumbangan makanan berupa makanan pengganti ASI tidak terkontrol
2.9 Tahapan Masa Nifas
Tahap I : taking in
Periode ketegangan yang berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan
Fokus perhatian Ibu terutama pada diri sendiri
Ibu mudah tersinggung, menjadi pasif terhadap lingkungan
Sering menceritakan tentang pengalaman melahirkan secara berulang-ulang.
Tahap II : taking hold
Hari ke 3-10 hari
Merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab merawat bayinya
Perawatan sangat sensitive, mudah tersinggung jika komunikasinya kurang hati-hati
Memerlukan dukungan yang lebih dari suami dan keluarga untuk menerima penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya
Tahap III : letting go
Menerima tanggung jawab dan peran barunya menjadi Ibu 10 hari setelah melahirkan
Sudah mulai menyesuaikan diri ketergantungan bayinya
Mempunyai keinginan untuk merawat diri dan bayinya sendiri

KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN
DEFINISI
Asuhan kebidanan adalah aktifitas atau interaksi yang di lakukan oleh bidan yang membutuhkan atau permasalahan dalam bidang KIA dan KB. ( Depkes RI. 1993)
Dalam memberikan asuhan kebidanan pada klien, bidan menggunakan metode pendekatan pemecahan masalah dengan di fokuskan pada proses sistematis dan analisis, dalam memberikan asuhan kebidanan yang terbaru yaitu dengan menggunakan SOAP yang di dalamnya terdapat poin-poin 7 langkah varney, diantarannya:
S : subjektif
Didalamnya terdapat poin yang I pada langkah varney yaitu pengumuman data dasar yang di dapatkan dengan cara wawancara pada klien. Menggambarkan pendokumentasian hanya pengumpulan data klien melalui anamneses. Data subjektif ini di peroleh dari hasil bertanya kepada pasien, suami, atau keluarga yaitu diantaranya : identitas umum, keluhan, riwayat menarche,riwayat perkawinan, riwayat kehamilan, persalinan, Kb,penyakit baik itu penyakit keluarga, keturunan, menular ataupun manahun. Riwayat psikologi dan psikososial, serta pola aktivitas.
O : objektif
Didalamnya terdapat poin yang I pada langkah varney yaitu pengumuman data dasar yang di dapatkan dari hasil pemeriksaan yang di lakukan petugas kesehatan. Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien, hasil lab, dan test diagnostic lain yang di rumuskan dalam data focus untuk mendukung analisa. Data objektif ini di peroleh dari hasil pemeriksaan diantaranya : keadaan umum,tanda-tanda vital, fisik, khusus kebidanan, pemeriksaan dalam, penunjang, pemeriksaan inspeksi, palpasi,auskultasi,perkusi.
A : analisa data
Didalamnya terdapat poin yang ke II,III,IV pada langkah varney. Masalah atau diagnose yang di tegakkan berdasarkan data atau infomasi subjektif maupun objektif yang di kumpulkan. Karena keadaan pasien terus berubah dan ada informasi baru baik di ungkapkan secara terpisah pada proses yang dinamik. Menganalisa adalah suatu yang penting dalam mengikuti perkembangan pasien dan menjamin suat perubahan baru cepat di ketahui dan dapat di ambil tindakan yang tepat.
P : penatalaksanaan
Di dalamnya erdapat poin ke V,VI,VII langkah varney. Menggunakan pendokumentasian dari perencanaan tindakan saat itu yang akan datang. Untuk mengusahana tercapainya kondisi pasien yang sebaik mungkin atau menjaga , mempertahankan , kesejahteraannya. Proses itu termasuk kriteria tujuan tertentu dari kebutuhan pasien yang harus di capai dalam batas wakt tertentu.

SOAP PADA NY “ K” GIIP20002 2 JAM POSTPARTUM
DI BPM NY. ENDANG ERNAWATI PLEMAHAN
BANYUARANG NGORO JOMBANG
Tgl: 31 mei 2012 jam : 08.00 wib
S : SUBJEKTIF
BIODATA
Nama : Ny “ K” Nama : Tn”S”
Umur : 27 tahun Umur : 30 tahun
Agama : Islam Islam : Islam
Suku/ bangsa : Jawa/ Indonesia Suku/ bangsa : Jawa/ Indonesia
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
Alamat : Plemahan, banyuarang ngoro jombang
KELUHAN UTAMA
Ibu mengatakan bahwa telah melahirkan bayinya dengan jenis kelamin laki-laki dan masih terasa lemas serta perutnya mules.
RIWAYAT KEBIDANAN
Haid pertama : 13 tahun
Siklus : 28 hari ( teratur)
Dismenorhea : kadang-kadang
Lamanya : 7 hari
Flour albush :tidak ada
Sifat darah : warna: mera, bau : anyir.
RIWAYAT KESEHATAN / PENYAKIT SEKARANG
Ibu mengatakan sekarang dalam keadaan baik-baik saja dan tidak menaglami perdarahan.
RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menahun seperti jantung, menurun seperti hipertensi dan DM, menular seperti HIV dan TBC.
RIWAYAT KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS YANG LALU
No UK Jenis persalinan Tempat
Komplikasi
Ibu bayi penolong l/p
Bayi
BB PB Ibu
K/U /laktasi
1 9 bln Normal Rumah bidan Bidan L 3kg 47 Baik -
2 Hamil ini

RIWAYAT KEHAMILAN INI
Ibu mengatakan bahwa ini adalaah kehamian yang ke II dengan usia kehamilan 9 bulan, ibu mengataka haid terkhirnya tanggal 06-09-2011, periksa kebidan 12x di antaranya:
Trimester I : 3x ( mual, pusing), kemudian ibu mendapatkan penyuluhan tentang nutrisi seperti makan sedikit tapi sering dan di suruh baca buku KIA hal 1-7, kemudian mendapatan terapi obat B6 dan vervital.
Trimester II : 4x ( tidak ada keluhan), kemudian ibu mendapatkan penyulihan tentang istirahat, dan kebersihan diri, mendapat terapi obat Fe dan kalk.
Trimester III : 5x ( dengan tdak ada keluhan) keudian ibu mendapatkan penyuluhan tentang tanda-tanda persalinan dan mendapat terapi obat Fe, kalk.
RIWAYAT IMUNISASI
Ibu mengatakan sudah TT V tahun 2002
RIWAYAT PERSALINAN SEKARANG
Ibu datang jam 05.45 WIB pada tanggal 31 mei 2012 dan di lakukan pemeriksaan sebagai berikut:
TTV: T : 110/70 mmHg  pemeriksaan dalam :
N: 80x/m 1. Eff : 100% 4. His : 5x/10m: >40 detik
RR:20x/m 2. Ø : 10 cm
S: 3680C 3. Ket : +

Pada jam 06.30 WIB bayi lahir dengan jenis kelamin laki-laki dengan jenis persalinan spontan
BB : 3300gr LILA : 11 cm
PB : 48 cm LD : 35 cm
LK : 35 cm : SOB : 32cm
FO : 33cm
MO : 34 cm
Pada jam 06.35 WIB placenta lahir spontan dan lengkap, kotiledon lengkap,perdarahan ±250 cc
Komplikasi : kala I : tidak ada
Kala II : tidak ada
RIWAYAT POSTPARTUM
K/U : baik
Kesadaran : composmentis
TTV : T: 110/70 mmHg, N: 80x/m, RR: 16x/m, S: 3650c
TFU : 2 jari bawah pusat.
Lochea : rubra
ASI sudah keluar
RIWAYAT KB
ibu mengatakan setelah melahirkan ini mau menggunakan kb suntik yang 3 bulan.
RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Ibu dan keluarga sangat bahagia dengan lahirnya anak keduanya dengan jenis kelamin laki2.
O : OBJEKTIF

Pemeriksaan Umum
K/U : baik TTV: T: 110/70 mmHg
Kesadaran: composmentis N: 80x/m
BB : 82 kg RR: 24x/m
TB : 157 cm S: 368 0C
Pemeriksaan fisisk secara khusus
Inspeksi
Muka : tidak pucat, tidak oedema, tidak ada cloasma gravidarum
Mata : simetris, tidak ada oedema, konjungtiva merah muda, sclera putih
Leher : tidak terlihat pembengkakan abnormal pada kelenjar tyroid dan vena jugularis
Dada : simetris,hyperpigmentasi pada areola, putting menonjol, colostrums sudah keluar
Abdomen: tidak ad abekas sc, terlihat linea nigra, dan terlihat gerak janin.\
Genetalia : tidak terlihat oedema, tidak ada laserasi, perdarahan ±55 cc
Anus : tidak ada hemoroid
Palpasi
Leher : tidak teraba benjolan abnormal pada kelenjar tyroid dan vena jugularis
Dada : tidak ada nyeri tekan dan kolostrumsudah keluar
Abdomen: TFU : 2 jari bawah pusat, UC : keras (baik)
Auskultasi
Dada : tidak ada wheezing dan ronchi
Perkusi
Reflex patella: ka/ki : +/+
Pemeriksaan menunjang
Tidak di lakukan
A: ANALISA DATA
Dx : Ny ”K” GIIP20002 2 jam postpartum dengan keadaan ibu dan bayi baik
Masalah :-
Kebutuhan : - Nutrisi
Eliminasi
Istirahat
Personal hygiene


P : PENATALAKSANAAN
Tgl : 31-05- 2012 jam : 06.50 WIB
Lakuakan pendekatan dengan ibu. Mendengarkan keluhan yang sedang di rasakan ibu. Ibu merasa nyaman.
Lakukan observasi 2 jam postpartum. Melakukan observasi 2 jampostpartum yaitu setiap 15 menit pada jam pertama, dan setiap 30 menit pada jam kedua, di antaranya:
Jam ke Waktu Tekanan darah Nadi Suhu TFU Kontraksi Kandung kemih perdarahan
1 06.50
07.05
0720
07.35 110/70
110/70
110/70
110/70
80x/m
80x/m
80x/m
80x/m
368 jr bwh pst
jr bwh pst
jr bwh pst
2 jr bwh pst
Baik
Baik
Baik
baik -
-
-
- ± 30 cc
± 25 cc
-
-
2 08.05
08.35 110/70
110/70 80x/m
80x/m 370 2 jr bwh pst
2 jr bwh pst Baik
baik 20 cc
- -
-

lakukan perawatan ibu dan bayi. Membersihkan tubuh ibu, dan menggantikan pakaian yang kotor dengan yang bersih, memposisikan ibu yang nyaman, memakaikan baju bayi,memberikan salep mata dan inj . vit K, ukur PB,BB, LILA, LIDA.sudah di lakukan dan ibu merasa nyaman.
Pemberian nutrisi. Memberikan makan dan minum yang cukup untuk pemulihan tenaga ibu . ibu nyaman.
Beritahu ibu untuk meneteki bayinya sedini mungkin. Memberitahukan ibu untuk sesering mungkin meneteki bayinya. Ibu mau melakukan.



CACATAN PERKEMBANGAN
Tgl : 5 juni 2012 jam : 09.50 WIB
S : ibu mengatakan sudah lebih enak tidak ada keluhan
O : TTV: T: 110/70 mmHg, N: 80x/m, S: 367 0c, RR: 20x/m
TFU : sudah tidak teraba
Lochea : sanguelenta
A : - Ny “ K” GIIP20002 6 hari postpartum dengan K/U ibu baik.
- Masalah : -
- Kebutuhan : - nutrisi
- personal hygiene
P : - konseling tentang nutrisi. Memberitahukan kepada ibu jangan tarak, makan dan minum semuan jenis makanan kecuali pedas dan perbanyak minum minimal 8 gelas hari, kalau tarak bisa mempengaruhi produksi ASI. Ibu mengerti dan mau melakukan.
- konseliang tentang personal hygiene di antaranya: personal hygiene di daerah vagina dan payudara. Memberitahukan ibu untuk menjaga kebersihan diri terutama pada daerah vagina dengan sering mencuci dengan air bersih dan sabun setiap habis BAK dan BAB dan sering mengganti celana dalam dan pembalut minimal 2x dan mengganti BH minimal 2x dalam sehari. Sudah di lakukan dan ibu paham.
- lakukan imunisasi hepatitis dan BCG + POLIO 1.Memberikan imunisasi hepatitis dip aha kiri dan BCG di lengan kanan dan polio 1 2 tetes. Sudah di lakukan.
Tgl : 12 juni 2012 jam : 09.50 WIB
S : Ibu mengatakan mengeuarkan keputihan dan gatal sejak kemarin
O : - TTV : T: 110/70 mmHg, N: 80x/m,S: 360 0c, RR: 18x/m
- TFU : tidak teraba
- Lochea: serosa
- Flour albush : ada, putih jernih
A : - Ny” K “ GIIP20002 2 minggu postpartum dengan K/U baik.
- Masalah : -
- Kebutuhan: personal hygiene
P : - lakukan pendekatan kepada ibu, mendengarkan keluhan yang dirasakan ibu. Ibu merasa nyaman.
- konseliang tentang personal hygiene . memberitahukan kepada ibu untuk menjaga kebersiha daerah vagina dengan sering mengganti celan dalan dalam dan pembalut minimal 2x/h. ibu paham dan bisa menjelaskan kembali kepada petugas.













BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Dalam teori diatas diuraikan bahwa nifas merupakan masa dimana terjadi banyak perubahan-perubahan pada tubuh yaitu pulihnya kembali keadaan Ibu sebelum Ibu mengalami kehamilan. Akan tetapi perubahan yang terjadi pada Ibu tidak selamanya sesuai dengan teori, kadang waktu yang diperlukan lebih pendek ketika Ibu mengalami masa nifas.
Dan adanya kasus yang kita kaji, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa masa nifas merupakan masa yang rentan terhadap morbiditas dan mortalitas pada Ibu nifas karena adanya kasus infeksi. Maka dari itu diperlukan suatu penatalaksanaan yang efektif dan aktual untuk mencapai hasil yang optimal.

Saran
Bagi Ibu yang mengalami masa nifas hendaknya memperoleh penjelasan tentang masa nifas yang komprehensif sehingga Ibu dapat memahami tentang masa nifas dan dapat menjalani masa nifas dengan benar sehingga terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Sebagai petugas kesehatan yang profesional, seorang Bidan harus mampu membuat dan memberikan asuhan yang komprehensif dan menyeluruh sehingga pada akhirnya angka morbiditas dan mortalitas Ibu di Indonesia dapat diturunkan.
Bagi Mahasiswa
Sebagai Mahasiswa kami sadar akan segala kekurangan yang kami miliki baik dalam hal materi, praktek, maupun pembuatan Asuhan Kebidanan metode makalah ini. Sehingga kami harus berusaha dan lebih banyak belajar untuk mengisi dan melengkapi kekurangan yang kami miliki.

DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim, Christina S, Dra, 1996. Perawatan Kebidanan, Jakarta : Bhratara
Wheeler Linda, 2004. Perawatan Pranatal dan Pasca Partum. Jakarta : EGC
Rustam, Mochtar, 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I, Jakarta : EGC
Prawiroharjo, Sarwono, 1999. Ilmu Kebidanan, Jakarta : YBP SP
Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung, Obstetri Fisiologi, Fakultas
kedokteran UNPAD














BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam teori di atas di uraikan bahwa nifas merupakan masa di mana terjadi banyak perubahan pada tubuh yaitu pulihnya kembali keadaan ibu tidak selamanya sesuai dengan teori, kadang waktu yang di perlukan lebih pendek ketika masa nifas.
Dengan adanya kasus yang di kaji dapat di tarik kesimpulan bahwa masa nifas merupakan masa yang rentan terhadap mordibitas dan mortalitaspada ibu nifas karena adany kasus infeksi. Maka dari itu di perlukan suatu penatalaksanaan yang efektif dan actual untuk mencapai hasil yang optimal.
SARAN
Bagi ibu yang megalami mas nifas hendaknya memperoleh penjelasan tentang masa nifas yang komprehensif sehingga ibu dapat memahami tentang masa nifas dan dapat menjalani masa nifas dengan baik sehingga terhindar dari hal-hal yang tidak di inginkan.
Sebaga petugas kesehatan yang professional, seorang bidan harus mampu membuat dan memberikan asuhan yang komprehensif. Sehingga pada akhirnya angka mordibitas dan mortalitas ibu dan bayi di Indonesia dapat menurun dan berkurang.
Mahasiswa supaya harus lebih terampil dalam membuat Askeb dan belajar lebih giat sehingga dapat menguasai materi dengan baik dan dapat di praktekkan di lapangan.










DAFTAR PUSTAKA
Rustam, Mochtar, 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I, Jakarta : EGC
Prawiroharjo, Sarwono, 1999. Ilmu Kebidanan, Jakarta : YBP SP
Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung, Obstetri Fisiologi, Fakultas kedokteran UNPAD

Kamis, 16 Agustus 2012

asuhan kebidanan pada neonatus usia 2 hari dengan pjt

ASUHAN KEBIDANAN
PADA BBL NY “ D “ UMUR 2 HARI
BCB DENGAN PJT DI RUANG NEONATUS
RSIA MUSLIMAT JOMBANG












DI SUSUN OLEH:
SITI ROMDHIATUN
7210063

UNIVERSITAS PESANTREN TNGGI DARUL ‘ULUM
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI D III KEBIDANAN
JOMBANG
2012


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Dengan Rahmat, Tauriq, dan Hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah asuhan kebidanan dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN SOAP PADA BAYI BARU LAHIR NY ” D ” UMUR 2 HARI BCB DENGAN PJT DI RUANG NEONATUS RSIA MUSLIMAT JOMBANG”.
Penyelesaian makalah asuhan kebidanan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak H.M.Zulfikar As’ad MPR, selaku penanggung jawab FIK UNIPDU Jombang
2. IbuTitik Juaidah,Amd.Keb, selaku kepala ruangan neonatus
3. IbuUmi Sri.W,Amd.Kep , selaku Pembimbing lapangan.
4. Ibu Sabrina Dwi Prihartini, S.K.M. Selaku Kaprodi D III Kebidanan Darul ‘Ulum.
5. Ibu Ninik Azizah,SST, selaku Pembimbing Akademik.
6. Semua Dosen-dosen AKBID Darul ‘Ulum Jombang.
7. Orang tua, saudara serta teman-teman yang telah memberikan support dan do’a kepada tim penyusun.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah asuhan kebidanan ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Semoga makalah asuhan kebidanan ini bisa bermanfaat bagi semua pihak, baik pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Jombang, ........19 juli 2012


Jombang

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kehidupan manusia dimulai sejak masa janin dalam rahim ibu. Sejak itu, manusia kecil telah memasuki masa perjuangan hidup yang salah satunya menghadapi kemungkinan kurangnya zat gizi yang diterima dari ibu yang mengandungnya. Jika zat gizi yang diterima dari ibunya tidak mencukupi maka janin tersebut akan mempunyai konsekuensi kurang menguntungkan dalam kehidupan berikutnya.
Sejarah klasik tentang dampak kurang gizi selama kehamilan terhadap outcome kehamilan telah banyak didokumentasikan. Fenomena the Dutch Famine menunjukkan bahwa bayi-bayi yang masa kandungannya (terutama trimester 2 dan 3) jatuh pada saat-saat paceklik mempunyai rata-rata berat badan, panjang badan, lingkar kepala, dan berat placenta yang lebih rendah dibandingkan bayi-bayi yang masa kandungannya tidak terpapar masa paceklik dan hal ini terjadi karena adanya penurunan asupan kalori, protein dan zat gizi essential lainnya.
Gangguan pertumbuhan janin ada 2 yaitu makrosmia dan IUGR (PJT). Kejadian PJT bervariasi, berkisar 4-8% pada negara maju dan 6-30% pada negara berkembang. Hal ini perlu menjadi perhatian karena besarnya kecacatan dan kematian yang terjadi akibat PJT. Pada kasus-kasus PJT yang sangat parah dapat berakibat janin lahir mati (stillbirth) atau jika bertahan hidup dapat memiliki efek buruk jangka panjang dalam masa kanak-kanak nantinya. Kasus-kasus PJT dapat muncul, sekalipun sang ibu dalam kondisi sehat, meskipun, faktor-faktor kekurangan nutrisi dan perokok adalah yang paling sering. Menghindari cara hidup berisiko tinggi, makan makanan bergizi, dan lakukan kontrol kehamilan (prenatal care) secara teratur dapat menekan risiko munculnya PJT.

2. Tujuan Umum
Setelah melakukan klinik kebidanan Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pada kasus neonatus dan suhan kebidanan soap bayi baru lahir dengan PJT secara komprehensif
3. Tujuan Khusus
Setelah malakukan asuhan kebidanan dalam bentuk soap mahasiswa dapat:
a. Memehami teori masa bayi baru lahir normal
b. Mengidentifikasi diagnose dan masalah kebidanan berdasarkan data subjektif dan data objektif
c. Menganalisa data
d. Melaksanakan penatalaksanaan dengan benar.




































BAB II
TINJAUAN TEORI
PJT ( PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT)
A. Defenisi
Definisi menurut WHO (1969), janin yang mengalami pertumbuhan yang terhambat adalah janin yang mengalami kegagalan dalam mencapai berat standard atau ukuran standard yang sesuai dengan usia kehamilannya.
Pertumbuhan Janin Terhambat atau Intra Uterine Growth Restriction adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan nutrisi dan pertumbuhan janin yang mengakibatkan berat badan lahir dibawah batasan tertentu dari usia kehamilannya.
Definisi yang sering dipakai adalah bayi-bayi yang mempunyai berat badan dibawah 10 persentil dari kurva berat badan bayi yang normal). Dalam 5 tahun terakhir, istilah Retardation pada Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) telah berubah menjadi Restriction oleh karena Retardasi lebih ditekankan untuk mental.
Menurut Gordon, JO (2005) pertumbuhan janin terhambat-PJT (Intrauterine growth restriction) diartikan sebagai suatu kondisi dimana janin berukuran lebih kecil dari standar ukuran biometri normal pada usia kehamilan. Kadang pula istilah PJT sering diartikan sebagai kecil untuk masa kehamilan-KMK (small for gestational age). Umumnya janin dengan PJT memiliki taksiran berat dibawah persentil ke-10. Artinya janin memiliki berat kurang dari 90 % dari keseluruhan janin dalam usia kehamilan yang sama. Janin dengan PJT pada umumnya akan lahir prematur (<37 minggu) atau dapat pula lahir cukup bulan (aterm, >37 minggu).
IUGR adalah ketidaknormalan pertumbuhan dan perkembangan dari fetus, yang mana terjadi 3-7% dari persalinan, tergantung pada criteria diagnose yang dipergunakan. Pertumbuhan fetus yang terhambat beresiko tinggi untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Diperkirakan kematian perinatal 5-10 lebih tinggi pada neonatus yang mengalami pertumbuhan terhambat dibandingkan dengan yang memiliki ukuran atau berat badan yang sesuai dengan usia kehamilan.Beberapa hal yang berhubungan dengan kesakitan yang serius perlu mendapatkan perhatian pada periode setelah terjadinya kegagalan pertumbuhan dalam uterus termasuk didalamnya apiksis bayi baru lahir, hipoglikemi pada neonates, hypoklasemia, policytemia, aspirasi mekonium, dan Persisten fetal sirculation. Beberapa penelitian melaporkan terjadinya pertumbuhan persyarafan yang lebih sedikit pada bayi yang kecil di bandingkan usia kehamilan (Small Gestational Age /SGA), terutama ketika berhubungan dengan prematuritas. Kejadian kecacadan neurologic yang lebih besar pada preterm SGA terjadi sampai dengan 15%.
2.2. Klasifikasi
Secara Klinis IUGR dibagi 3, berdasarkan waktu kapan mulai dan berapa lamanya pengaruh yang menghambat pertumbuhan itu berlangsung.
Type 1. Simetrik IUGR
Type 1 IUGR menunjuk pada bayi dengan potensi penurunan pertumbuhan. Type IUGR ini dimulai pada gestasi yang lebih awal, dan semua fetus ini menurut perbandingan SGA.
IUGR ini memiliki kejadian lebih awal dari gangguan pertumbuhan janin yang tidak simetris yang terjadi ketika fetus mengalami perpanjangan kekurangan yang lebih awal akibat dari malnutrisi chorionic maternal, penyalahgunaan zat-zat kimia, insufisiensi plasenta, atau gemeli. Faktor yang berkaitan dengan hal ini adalah kelainan kromosom, kelainan organ (terutama jantung), infeksi TORCH (Toxoplasmosis, Other Agents Secara umum, IUGR Type 1 berhubungan dengan prognosisi yang tidak baik ; ini berhubungan dengan kondisi phatologis yang menyebabkannya. Weiner dan Wiliamson menunjukkan,ada tidak adanya factor resiko yang diidentifikasi dari ibu, diperkirakan 25% beberapa fetus yang dinilai, hambatan pertumbuhan yang dimulai lebih awal terjadi pada aneuploidy. Oleh karena itu, penilaian sample darah pada umbilical (Percutaneus Umbillical Blood Sampling), betul betul direkomendasikan untuk mengetahui Karyotype abnormal.
Type 2. Asimetrik IUGR
IUGR ini jumlahnya kira-kira 70 % dari semua kasus IUGR. Gangguan pertumbuhan janin asimetris memiliki waktu kejadian lebih lama dibandingkan gangguan pertumbuhan janin simetris. Akibat dari kekurangan nutrisi dan defisiensi plasenta pada trimester kedua dan ketiga kehamilan menyebabkan berbagai macam gangguan maternal yang meliputi hypoxic, vascular, renal hematologic, dan gangguan kesehatan lingkungannya.
Gangguan terjadi pada fase Hipertrofi, di mana jumlah total sel normal tetapi ukurannya lebih kecil. Beberapa organ lebih terpengaruh dibandingkan yang lain, lingkar perut adalah bagian tubuh yang terganggu untuk pertama kali, kelainan panjang tulang paha umumnya terpengaruhi belakangan, lingkar kepala dan diameter biparietal juga berkurang. Faktor yang mempengaruhi adalah insufisiensi (tidak efisiennya) plasenta yang terjadi karena gangguan kondisi ibu termasuk diantaranya tekanan darah tinggi dan diabetes dalam kehamilan dalam kehamilan. Ukuran sel yang kurang mengakibatkan atropi pada sel yang ada sebelumnya tanpa mengurangi jumlah sel tersebut. Ukuran kepala pada masa neonatus tampak besarnya tidak proporsional dengan badan karena pertumbuhan kepala tidak terhambat (gangguan pertumbuhan yang tidak proporsional). Badan mengandung sedikit lemak subkutan dan tampak panjang kurus. Secara umum cadangan otot kurang, turgor kulit yang jelek, rambut yang tipis, perut yang keriput, dan sutura terpisah dengan lebar, menunjukan asymmetrical IUGR. Pada postnatal, terjadi kematangan Pertumbuhan dan perkembangan pada bayi, dan berpotensi untuk perkembangan intelektual yang sangat baik.
Diperkirakan, 70% - 80% hambatan pada pertumbuhan fetus adalah type 2. IUGR ini seringkali berhubungan dengan penyakit ibu seperti Hipertensi kronis, gangguan ginjal, Diabetus Mellitus dengan vaskulopaty, dan yang lainnya.

Intermediate IUGR
IUGR Intermediate menunjuk pada hambatan pertumbuhan yang merupakan kombinasi Type 1 dan Type 2. Gangguan pertumbuhan pada type ini diperkirakan terjadi selama fase pertengahan pertumbuhan- pada fase hyperplasia dan hipertropi- yang mana terjadi pada usia kehamilan 20-28 minggu. Pada fase ini, terjadi penurunan kecepatan mitosis dan peningkatan yang progesif secara menyeluruh pada ukuran sel. Bentuk IUGR ini keadannya tidak sebanyak jika dibandingkan dengan type1 dan 2, diperkirakan sekitar 5- 10%, dari semua hambatan pertumbuhan fetus. Hipertensi kronis, Lupus Nepritis, atau penyakit vascular ibu yang lainnya, menjadi berat dan jika terjadi lebih awal pada timeser II akan mengakibatkan Intermediate IUGR dengan pertumbuhan simetrik dan tidak memberikan efek Brain Sparring.

2.3. Etiologi
1. Penyebab ibu
a. Fisik ibu yang kecil dan kenaikan berat badan yang tidak adekuat
Faktor keturunan dari ibu dapat mempengaruhi berat badan janin. Kenaikan berat tidak adekuat selama kehamilan dapat menyebabkan PJT. Kenaikan berat badan ibu selama kehamilan sebaiknya 9-16 kg. apabila wanita dengan berat badan kurang harus ditingkatkan sampai berat badan ideal ditambah dengan 10-12 kg.
b. Penyakit ibu kronik dan gaya hidup.
Kondisi ibu yang memiliki hipertensi kronik, penyakit jantung sianotik, diabetes, serta penyakit vaskular kolagen dapat menyebabkan PJT. Semua penyakit ini dapat menyebabkan pre-eklampsia yang dapat membawa ke PJT. Hipertensi dan penyakit ginjal yang kronik, perokok, penderita DM yang berat, toksemia, hipoksia ibu, gizi buruk, drug abuse, peminum alkohol. Kebiasaan seperti merokok, minum alkohol, dan narkotik

2. Penyebab janin
a. Infeksi selama kehamilan
Infeksi bakteri, virus, protozoa dapat menyebabkan PJT. Rubela dan cytomegalovirus (CMV) adalah infeksi yang sering menyebabkan PJT
b. Kelainan bawaan dan kelainan kromosom
Kelainan kromosom seperti trisomi atau triploidi dan kelainan jantung bawaan yang berat sering berkaitan dengan PJT. Trisomi 18 berkaitan dengan PJT simetris serta polihidramnion (cairan ketuban berlebih). Trisomi 13 dan sindroma Turner juga berkaitan dengan PJT
c. Pajanan teratogen (zat yang berbahaya bagi pertumbuhan janin)
Berbagai macam zat yang bersifat teratogen seperti obat anti kejang, rokok, narkotik, dan alkohol dapat menyebabkan PJT
d. Haemolysis; kelainan sel darah merah
3. Penyebab plasenta (ari-ari)
a. Kelainan plasenta, sehingga menyebabkan plasenta tidak dapat menyediakan nutrisi yang baik bagi janin seperti, abruptio plasenta, infark plasenta (kematian sel pada plasenta), korioangioma, dan plasenta previa
b. Kehamilan kembar. Twin-to-twin transfusion syndrome.

2.4. Patofisiologi
a. Kondisi kekurangan nutrisi pada awal kehamilan
Pada kondisi awal kehamilan pertumbuhan embrio dan trofoblas dipengaruhi oleh makanan. Studi pada binatang menunjukkan bahwa kondisi kekurangan nutrisi sebelum implantasi bisa menghambat pertumbuhan dan perkembangan. Kekurangan nutrisi pada awal kehamilan dapat mengakibatkan janin berat lahir rendah yang simetris. Hal sebaiknya terjadi kondisi percepatan pertumbuhan pada kondisi hiperglikemia pada kehamilan lanjut.
b. Kondisi kekurangan nutrisi pada pertengahan kehamilan
Defisiensi makanan mempengaruhi pertumbuhan janin dan plasenta, tapi bisa juga terjadi peningkatan pertumbuhan plasenta sebagai kompensasi. Didapati ukuran plasenta yang luas.


c. Kondisi kekurangan nutrisi pada akhir kehamilan
Terjadi pertumbuhan janin yang lambat yang mempengaruhi interaksi antara janin dengan plasenta. Efek kekurangan makan tergantung pada lamanya kekurangan. Pada kondisi akut terjadi perlambatan pertumbuhan dan kembali meningkat jika nutrisi yang diberikan membaik. Pada kondisi kronis mungkin telah terjadi proses perlambatan pertumbuhan yang irreversibel.

2.5. Tanda dan Gejala
a. Gangguan pada uterus dan janin untuk tumbuh normal diatas periode 4 minggu.
b. TFU paling sedikit kurang 2 cm dari harapan untuk jumlah terhadap usia kehamilan dari pengukuran TFU sebelumnya.
c. Kekurangan penambahan berat badan ibu.
d. Gerakan janin yang kurang.
e. Kekurangan volume cairan amnion.
f. Lingkaran abdomen kecil (ukuran hepar yang kecil)
g. Tungkai yang kurus (masa otot ↓)
h. Kulit keriput ( lemak subkutis ↓)
Bila penyebab PJT asimetrik berlangsung lama maka janin akan kehilangan kemampuan untuk melakukan kompensasi → terjadi PJT simetrik.
Terhentinya pertumbuhan dan perkembangan kepala akan berdampak besar terhadap proses tumbuh kembang anak nantinya. PJT patut diduga bila ukuran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan → konfirmasi dengan pemeriksaan ultrasonografi.
Keterangan gambar 2:
• (atas) Biometri BPD yang ditandai dengan x …………….x serta lingkar kepala.
• (tengah) lingkar abdomen
• (bawah) Biometri Panjang Femur yang ditandai dengan x ……….x

2.6. Komplikasi
a. Janin
- Antenatal : gagal nafas dan kematian janin
- Intranatal : hipoksia dan asidosis
- Setelah lahir :
1). Secara Langsung
• Asfiksia
• Hipoglikemi
• Aspirasi mekonium
Sindroma aspirasi mekonium (SAM) adalah kumpulan gejala yang diakibatkan oleh terhisapnya mekonium ke dalam saluran pernafasan bayi. SAM seringkali dihubungkan dengan suatu keadaan yang kita sebut fetal distress. Pada keadaan ini, janin yang mengalami distres akan menderita hipoksia (kurangnya oksigen di dalam jaringan). Hipoksia jaringan menyebabkan terjadinya peningkatan aktivitas usus disertai dengan melemasnya spinkter anal. Maka lepaslah mekonium ke dalam cairan amnion.
• DIC
Disebarluaskan pembekuan intravascular (DIC), juga dikenal sebagai konsumtif coagulopathy, adalah patologi aktivasi pembekuan (darah), mekanisme yang terjadi dalam respon terhadap berbagai penyakit.
• Hipotermi
• Perdarahan pada paru
• Polisitemia
Polisitemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah sel darah merah akibat pembentukan sel darah merah yang berlebihan oleh sumsum tulang. Polisitemia menyebabkan darah menjadi kental dan menyebabkan berkurangnya kecepatan aliran darah ketika darah melalui pembuluh yang kecil. Jika penyakitnya berat, bisa menyebabkan pembentukan bekuan darah di dalam pembuluh darah. Kulit bayi tampak kemerahan atau kebiruan. Bayi tampak lemas, pernafasannya cepat, refleks menghisapnya lemah dan denyut jantungnya cepat.
• Hiperviskositas sindrom
Terjadi karena aliran darah terhambat, akibat darah yang lebih kental. Kekebalan dapat terjadi karena volume dan jumlah sel bertambah atau plasma lebih kental. Mata terlihat merah dengan pembuluh darah konjungtiva bertambah. Fundus refleks berwarna merah tua dan fundus memperlihatkan pengisian pembuluh darah yang berlerbihan sehingga lumen arteri dan vena melebar, dismal peningkatan perkelokan.
• Gangguan gastrointestinal
2). Tidak langsung
Pada simetris IUGR keterlambatan perkembangan dimulai dari lambat dari sejak kelahiran, sedangkan asimetris IUGR dimulai sejak bayi lahir di mana terdapat kegagalan neurologi dan intelektualitas. Tapi prognosis terburuk ialah IUGR yang disebabkan oleh infeksi kongenital dan kelainan kromosom.
b. Ibu
Mengalami Preeklampsi, penyakit jantung, dan malnutrisi.

2.7. Penatalaksanaan
Langkah pertama dalam menangani PJT adalah mengenali pasien-pasien yang mempunyai resiko tinggi untuk mengandung janin kecil. Langkah kedua adalah membedakan janin PJT atau malnutrisi dengan janin yang kecil tetapi sehat. Langkah ketiga adalah menciptakan metode adekuat untuk pengawasan janin pada pasien-pasien PJT dan melakukan persalinan di bawah kondisi optimal.
Untuk mengenali pasien-pasien dengan resiko tinggi untuk mengandung janin kecil, diperlukan riwayat obstetrik yang terinci seperti hipertensi kronik, penyakit ginjal ibu dan riwayat mengandung bayi kecil pada kehamilan sebelumnya. Selain itu diperlukan pemeriksaan USG. Pada USG harus dilakukan taksiran usia gestasi untuk menegakkan taksiran usia gestasi secara klinis. Kemudian ukuran-ukuran yang didapatkan pada pemeriksaan tersebut disesuaikan dengan usia gestasinya.Pertumbuhan janin yang suboptimal menunjukkan bahwa pasien tersebut mengandung janin PJT.
Tatalaksana kehamilan dengan PJT, karena tidak ada terapi yang paling efektif sejauh ini, untuk melahirkan bayi yang sudah cukup usia dalam kondisi terbaiknya dan meminimalisasi risiko pada ibu. Tatalaksana yang harus dilakukan adalah :
- PJT pada saat dekat waktu melahirkan. Yang harus dilakukan adalah segera dilahirkan
- PJT jauh sebelum waktu melahirkan. Kelainan organ harus dicari pada janin ini, dan bila kelainan kromosom dicurigai maka amniosintesis (pemeriksaan cairan ketuban) atau pengambilan sampel plasenta, dan pemeriksaan darah janin dianjurkan


a. Tatalaksana umum : setelah mencari adanya cacat bawaan dan kelainan kromosom serta infeksi dalam kehamilan maka aktivitas fisik harus dibatasi disertai dengan nutrisi yang baik. Tirah baring dengan posisi miring ke kiri, Perbaiki nutrisi dengan menambah 300 kal perhari, Ibu dianjurkan untuk berhenti merokok dan mengkonsumsi alkohol, Menggunakan aspirin dalam jumlah kecil dapat membantu dalam beberapa kasus IUGR Apabila istirahat di rumah tidak dapat dilakukan maka harus segera dirawat di rumah sakit. Pengawasan pada janin termasuk diantaranya adalah melihat pergerakan janin serta pertumbuhan janin menggunakan USG setiap 3-4minggu
b. Tatalaksana khusus : pada PJT yang terjadi jauh sebelum waktunya dilahirkan, hanya terapi suportif yang dapat dilakukan. Apabila penyebabnya adalah nutrisi ibu hamil tidak adekuat maka nutrisi harus diperbaiki. Pada wanita hamil perokok berat, penggunaan narkotik dan alkohol, maka semuanya harus dihentikan
c. Proses melahirkan : pematangan paru harus dilakukan pada janin prematur. Pengawasan ketat selama melahirkan harus dilakukan untuk mencegah komplikasi setelah melahirkan. Operasi caesar dilakukan apabila terjadi distress janin serta perawatan intensif neonatal caresegera setelah dilahirkan sebaiknya dilakukan.
Kemungkinan kejadian distress janin selama melahirkan meningkat pada PJT karena umumnya PJT banyak disebabkan oleh insufisiensi plasenta yang diperparah dengan proses melahirkan.
Kondisi bayi. Janin dengan PJT memiliki risiko untuk hipoksia perinatal (kekurangan oksigen setelah melahirkan) dan aspirasi mekonium (terhisap cairan mekonium). PJT yang parah dapat mengakibatkan hipotermia (suhu tubuh turun) dan hipoglikemia (gula darah berkurang). Pada umumnya PJT simetris dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan pertumbuhan bayi yang terlambat setelah dilahirkan, dimana janin dengan PJT asimetris lebih dapat “catch-up” pertumbuhan setelah dilahirkan.
2.8. Pencegahan
Beberapa penyebab dari PJT tidak dapat dicegah. Bagaimanapun juga, faktor seperti diet, istirahat, dan olahraga rutin dapat dikontrol. Untuk mencegah komplikasi yang serius selama kehamilan, sebaiknya seorang ibu hamil mengikuti nasihat dari dokternya; makan makanan yang bergizi tinggi; tidak merokok, minum alkohol dan menggunakan narkotik; mengurangi stress; berolahraga teratur; serta istirahat dan tidur yang cukup. Suplementasi dari protein, vitamin, mineral, serta minyak ikan juga baik dikonsumsi. Selain itu pencegahan dari anemia serta pencegahan dan tatalaksana dari penyakit kronik pada ibu maupun infeksi yang terjadi harus baik.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencegah PJT pada janin untuk setiap ibu hamil sebagai berikut :
1. Usahakan hidup sehat.
Konsumsilah makanan bergizi seimbang. Untuk kuantitas, makanlah seperti biasa ditambah ekstra 300 kalori/hari.
2. Hindari stress selama kehamilan.
Stress merupakan salah satu faktor pencetus hipertensi.
3. Hindari makanan obat-obatan yang tidak dianjurkan selama kehamilan.
Setiap akan mengkonsumsi obat, pastikan sepengetahuan/resep dokter kandungan.
4. Olah raga teratur.
Olah raga (senam hamil) dapat membuat tubuh bugar, dan mampu memberi keseimbangan oksigenasi, maupun berat badan.
5. Hindari alkohol, rokok, dan narkoba.
6. Periksakan kehamilan secara rutin.
Pada saat kehamilan, pemeriksaan rutin sangat penting dilakukan agar kondisi ibu dan janin dapat selalu terpantau. Termasuk, jika ada kondisi PJT, dapat diketahui sedini mungkin. Setiap ibu hamil dianjurkan melakukan pemeriksaan setiap 4 minggu sampai dengan usia kehamilan 28 minggu. Kemudian, dari minggu ke 28-36, pemeriksaan dilakukan setidaknya setiap 2 minggu sekali. Selanjutnya, lakukan pemeriksaan setiap 1 minggu sampai dengan usia kelahiran atau 40 minggu. Semakin besar usia kehamilan, semakin mungkin pula terjadi hambatan atau gangguan. Jadi, pemeriksaan harus dilakukan lebih sering seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.


SOAP PADA BAYI BARU LAHIR
NY “ D ” UMUR 2 HARI BCB DENGAN
PJT DI RUANG NEONATUS RSIA MUSLIMAT
JOMBANG
NO REG : 12-06.81-79
RUANGAN : NEONATUS
TGL PENGKAJIAN/JAM : 10-07-12 (11 .30)
TGL MRS : 9-7-2012
 S : SUBJEKTIF
1. Biodata
a. Nama bayi : by ny “ D ”
Umur : 2 hari
Tgl & ja lahir : 09 juli 2012 ( 05.00 wib)
Jenis kelamin : laki-laki
BB lahir : 1750 gr
PB : 41 cm
b. Nama ibu : ny “D”
Umur : 34 tahun
Suku/ bangsa : jawa / Indonesia
Agama : kristen
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
c. Nama ayah : Tn “ D ”
Umur : 34 tahun
Suku/ bangsa : jawa / Indonesia
Agama : kristen
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : swasta
Alamat : tambak beras
2. Riwayat penyakit kehamilan
- Perdarahan : tidak ada
- Per eklamsi : ada  TD : 180/110 mmHg
- Eklamsi : tidak ada
- Penyakit kelamin : tidak ada
- Lain-lain : tidak ada
3. Kebiasaan waktu hamil
- Makanan : tidak
- Obat-obatan/ jamu: tidak
- Merokok : tidak
- Lain-lain : tidak
4. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang mempuyai riwayat penyakit menahun: jantung,menurun: hipertensi, kencing manis, menullar: TBC,HIV.
5. Riwayat hamil,persalinan, yang lalu
no Anak ke Usia kehamilan Penolong persalinan Jenis kehamilan bayi
BB TB Jarak anak
1 1
2 2
6. Riwayat antenatal
Ibu mengatakan ini adalah kehamilan yang ke dua. Yang mana anak pertama abortus, ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya yang ke di bidan sebanyak :
Trimester I : 3x dengan keluhan pusing dan mual. Ibu mengatkan mendapat penyuuhan tentang nutrisi: makan sedikit tapi sering. Ibu mendapatkan terapi obat kalk dan vit c.
Trimester II : 3x dengan keluhan pusing , karena tensinya ibu tinggi. Ibu mendapat penyuluhan tentang nutrisi dengan mengurangi makan asin- asin, kopi. Terapi obat kalak dan fe.
Trimester III : 5x dengan tidak ada keluhan, ibu mendapat koneling tentang tanda-tanda persalinan dan persiapan persalinan dan mendapat terapi obat fe.
7. Riwayat prenatal
- TTL : RSIA , 09 juli 2012
- UK : 38 minggu
- Jenis Persalinan: SC (section sesarea) dengan indikasi PEB
- Di tolong oleh : doter
8. Riwayat post natal
Bayi lahir secara SC pada tanggal 9 juli 2012 pukul 05.00 WIB, langsung menangis dengan berat lahir 1750 gram,panjang lahir: 41 cm, lingakar kepala: 32cm, jenis kelamin laki-laki. Nilai APGAR SCORE : 7-8 , dwon score: <3, bayi hipotermi dengan suhu 35,80C. kemudian dibawa keruang neonatus level B dan di lakukan perawatan dalam incubator.
9. Pola kebiasaan
- Pola nutrisi
Makan : -
Minum : setiap 2 jam, minum pasi 30 cc
- Pola eliminasi
BAK 7x/hari : warna kuning, jernih, bau khas
BAB 2x/hari : warna hitam, lembek,bau khas\
- Pola istirahat
Bayi sering tidur ± 18 jam/ hari, bayi juga kadang-kadang bangun jika merasa haus dan ketika BAB dan BAK
- Personal hygiene
Mandi / seka 2x / hari , ganti popok setiap BAB dan BAK.
 O : OBJEKTIF
a. Pemeriksaan umum
K/U : cukup
Warna : kemerahan
Menangis : kuat
Akral : hangat
Bayi dalam incubator
TTV : suhu: 36,50C, RR: 50 x/m, HR: 164x/m
b. Pemeriksaan fisik khusus
- Inspeksi
Kepala : bersih, rambut hitam, ada caput sacsedenum
Ubun-ubun : terlihat datar
Muka : tidak oedema
Mata : simetris, tidak sianosis, konjungtiva merah muda, sclera putih
Telinga : simetris , bersih
Mulut : simetris, tidak ada bibir sumbing
Hidung : simetris, bersih, tidak terlihat pernafasan cuping hidung
Kulit : keriput
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid dan vena jugularis
Dada :simetris, tidak terlihat benjolan yang abnoemal
Tali pusat : bersih, tidak terlihat perdarahan, terbungkus oleh kasa
Punggung : tidak ada spina bifida
Ekstremitas ats dan bawah: simetris , jari lengkap, gerak aktif
Genetalia : testis turun ke skotum
- Palpasi
Leher : tidak teraba benjolan yang abnormal pada kelenjar tyroid dan vena jugularis
Dada : tidak teraba benjolan yang abnormal
Anus : berlubang
- Auskultasi
Dada : tidak ada wheezing dan ronchi
- Perkusi
Abdomen `: tidak kembung
- Reflex
Sucking : + ( baik)
Rooting : + ( baik)
Graps : + ( baik)
Baby sky : + ( baik)
1. Antropometri
BB : 1750 gr
PB : 41 cm
LK : 32 cm
LILA : 9 cm
2. Down score:
- Laju nafas : 1
- Sianosis : 0
- Refleksi : 0
- Merintih : 0
- Udara yang masuk : 0
1 : <3
3. Pemeriksaan tambahan ( lab)  12 juli 2012
- Hemoglobin : 15,7 g/dl
- Hematokrit : 47,9 g/dl
- Bilirubin direk : 2,01 mg/dl
Bilirubin total : 12,37 mg/dl
4. Terapy dokter
- Inj. Vit K 1 mg
- Rawat incubator
- Foto terapy

 A : ANALISA DATA
Dx : By. Ny” D ” usia 2 hari BCB dengan PJT
Masalah : Hipotermi
Kebutuhan : - Termoregulasi
- Nutrisi
- konseling & latihan ASI
- Perawatan BBL & tali pusatdan cara memandikan bayi
- Kolaborasi


 P : PENATALAKSANAAN
TGL : 10 juli 2012 jam : 12.00 wib
1. Beri konseling kepada orang tua bayi atas hasil pemeriksaan. Menjelaskan kepada orang tua bayi bahwa bayinya mengalami hipotermi yaitu suhu bayi di bawah garis normal sehingga bayi harus di rawat di dalam incubator. Sudah di lakukan , orang tua menyetujui.
2. Lakukan cuci tangan. Memberitahukan dan melaksanakan cuci tangan baik ibu baik bayi dan petugas sebelum dan sesudah memegag bayi. Sudah di lakukan.
3. Lakukan observasi TTV pada bayi, melakukan observasi TTV di dapatkan hasil RR: 55x/m, N: 110x/m,HR: 164x/m, S: 36,5 0C.
4. Lakukan personal hygiene pada bayi. Melakukan personal hygiene pada bayi dengan memandikan/ menyeka bayi 2x/hari dan mengganti popok segera setelah bayi BAK/BAB, dan perawatan tali pusat. Sudah di lakukan , bayi terlihat nyaman.
5. Jaga bayi tetap hangat, menjaga bayi tetap hangat dengan perawatan bayi dalam incubator,dan menjaga agar pintu/ lubang tidak terbuka. Sudah di lakukan.
6. Melatih ibu untuk menyusui bayinya. Mengajarkan kepada ibu bagaimana posisi yang benar dalam menyusui. Ibu dapat melakukan.
7. Jelaskan kepada ibu pemberian ASI pada bayi dan manfaatnya. Menjelaskan kepada ibu bahwa bayi hanya di beri ASI saja tanpatambahan apapun selama 6 bulan dan menjelaskan manfaat ASI di antaranya:-
- Memberikan ketahanan tubuh yang baik bagi tubuh kembang bayi.
- Kontak dini dapat mempererat hubungan batin serta rasa saying dan mamiliki sebagai wujud rasa saying ibu atas kelahiran bayinya.
- ASI dapat mengeluarkan mekonium.
- Membantu bekerjanya uterus mempercepat pemulihan rahim. Ibu mengerti




CACATAN PERKEMBANGAN
NO TANGGAL / JAM SOAP
1 10 JULI 2012, 07.00WIB S : -
O : k/u : cukup, sh : 36,70C, RR : 50x/m
retraksi : - , syanosis : -
 Sesak : - , akral : hangat
 BAB : + lembek , BAK : +
 Reflek : sucking + ( baik )
 Reflek : rooting + ( baik )
 Reflek : graps + ( baik )
 Reflek baby sky : + ( baik )
 BB : 1640 gr
 Dalam incubator
A : BBL NY”D” umur 2 hari dengan PJT
P : - Termoregulasi
- Personal Hygiene
- latihan ASI
- rawat incubator
2. 11 juli 2012, 20.00 wib S : -
O : k/u : cukup, sh : 36,50C, RR : 40x/m
retraksi : - , syanosis : -
 Sesak : - , akral : hangat
 BAB : + lembek , BAK : +
 Reflek : sucking + ( baik )
 Reflek : rooting + ( baik )
 Reflek : graps + ( baik )
 Reflek baby sky : + ( baik )
 BB : 1650 gr
 Dalam incubator
A : BBL NY”D” umur 3 hari dengan PJT
P : lanjutkan intervensi

3. 12 juli 2012, 07.00 wib S : -
O : k/u : cukup, sh : 36,90C, RR : 48x/m
retraksi : - , syanosis : -
 Sesak : - , akral : hangat
 BAB : + lembek , BAK : +
 Reflek : sucking + ( baik )
 Reflek : rooting + ( baik )
 Reflek : graps + ( baik )
 Reflek baby sky : + ( baik )
 BB : 1620 gr
 Dalam incubator
A : BBL NY”D” umur 4 hari dengan PJT
P : lanjutkan intervensi

4. 13 juli 2012, 07.00 wib S : -
O : k/u : cukup, sh : 36,90C, RR : 48x/m
retraksi : - , syanosis : -
 Sesak : - , akral : hangat
 BAB : + lembek , BAK : +
 Reflek : sucking + ( baik )
 Reflek : rooting + ( baik )
 Reflek : graps + ( baik )
 Reflek baby sky : + ( baik )
 BB : 1650 gr
 Dalam incubator
A : BBL NY”D” umur 5 hari dengan PJT
P : Intervensi di hentikan di karenakan pulang paksa.
HE: - cara memendikan bayi dan perawatan tali pusat
- Penyinaran dalam kamar
- Pemberian ASI/ PASI
- Tanda bayi sakit: panas, kuning, diare, malas minum segera control.



















BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pertumbuhan Janin Terhambat atau Intra Uterine Growth Restriction adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan nutrisi dan pertumbuhan janin yang mengakibatkan berat badan lahir dibawah batasan tertentu dari usia kehamilannya.
Penyebab pertumbuhan terhambat ini dapat dilihat dari penyebab ibu, janin dan plasenta. Untuk penanganannya dapat dilakukan langkah pertama dalam menangani PJT adalah mengenali pasien-pasien yang mempunyai resiko tinggi untuk mengandung janin kecil. Langkah kedua adalah membedakan janin PJT atau malnutrisi dengan janin yang kecil tetapi sehat. Langkah ketiga adalah menciptakan metode adekuat untuk pengawasan janin pada pasien-pasien PJT dan melakukan persalinan di bawah kondisi optimal.
3.2 Saran
1. Rumah Sakit
• Supaya lebih memberikan kesempatan serta peluang bagi peserta didik untuk menggali ilmu lebih banyak
• Dapat menilai serta mengevaluasi dari kekurangan peserta didik dalam askeb ini
2. Pendidikan
• Bagi pendidik akademik, hendaknya sabar, terbuka dalam memotivasi dan membimbing kami anak didiknya dalam menyusun ASKEB
3,Ibu
• Hendaknya para ibu lebih aktif untuk bertanya tentang masalah perawatan BBL
• Lebih memperhatikan dalam merawat bayinya dengan sabar dan kasih sayang.
4. Mahasiswa
• Mahasiswa hendaknya lebih proaktif dan kreatif, sehingga untuk praktek selanjutnya lebih siap dan paham dengan tindakan yang telah dilakukan dan akan dilakukan.



DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif, Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid I. Jakarta : Media Aesculapius
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
Saifuddin, Abdul Bari, Dkk. 2002. Buku Panduan Praktik Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo
Sastrawinata, Sulaiman. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung : Eleman
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo